Tuesday, October 11, 2011

Panggil Aku Fia

"Hi gadis bodoh!!"

Suara itu sudah tidak asing terdengar oleh telingaku. Entah siapa sebenarnya pemuda itu. Setiap kali aku datang ke pantai ini dia selalu muncul dan memanggilku dengan sebutan itu. Akupun tidak ingat kapan pertama kali dia menyapaku waktu itu. Aku tidak pernah mempedulikanya.

"Hi bodoh! nih...pakai! hujan, nanti kamu sakit baru tahu rasa."
"Apa peduli kamu, aku nggak butuh."

Aku dengan sigap menepis tanganya yang akan memakaikan topi ke kepalaku, karena gerimis semakin lebat. Aku sengaja tidak mau memakai topi seperti permintaanya, karena aku suka hujan. Aku merasa senang ketika kaki hujan menampar-nampar wajahku. Aku merasa gembira disaat hujan membasahi semua rambut dan tubuhku.

"Kenapa sih kamu suka main hujan-hujanan?"

Aku tetap diam tidak menjawab pertanyaan pemuda aneh yang memang tidak aku kenal ini. Aku lebih asik membangun rumah pasirku yang selalu saja runtuh terhempas ombak.

"Hi, aku bicara sama kamu bodohhhhhh!!!" tanpa kusadari tangannya memencet hidungku kuat sekali.
"Hi, apa-apaan sih kamu. Sakit tahu"
"Habisnya kamu di ajak bicara tidak merespon""Panggil aku Fia. Namaku Fia, bukan gadis bodoh."
"Owh jadi nama kamu Fia. Ya Fia bodoh"
"Cukup Fia tidak pakai bodoh"
"Iya-iya dasar cerewet. O, iya. Aku Aldo." pemuda yang akhirnya ku ketahui bernama Aldo mengulurkan tanganya padaku. "Eh, kenapa sih kamu suka di pantai ini sewaktu gerimis senja?" lanjutnya.

" Aku suka pantai, aku suka gerimis dan aku suka......" aku tidak melanjutkan kata-kataku. Aku terbelalak saat pandanganku menangkap sesuatu di ujung sana. Sesuatu yang selalu aku tunggu-tunggu. Mataku berbinar seketika. Aku suka. inilah yang aku tunggu.

"Hey....lihat itu. Yach aku suka dengan dia. Dialah yang selalu aku tunggu di pantai ini setiap datang gerimis. Pelangi itu indah." tangan kananku menunjuk ke arah pelangi itu terlihat, sementara aku tidak menyadari lengan kiriku merangkul bahunya.

Saat tatapanku beradu dengan matanya yang bening saat itulah aku tidak bisa mengeja kata. Lidahku kelu. Aku merasa darahku berdesir hangat menyelimuti relung jiwaku.

No comments: