Monday, June 20, 2011

Cincin Berdarah


Cincin berlapis emas putih dengan permata ungu kecil yang tersemat di tengahnya, serta huruf SR yang merupakan inisial namaku Shelly dengan kekasih Radit kini telah melingkar indah di jari manisku. Tanda ikatan tulusnya jalinan kasih yang kami bina yang akan segera membawa kami ke jenjang yang lebih serius, sebuah pernikahan.
Sebelumnya aku dan Radit menjalin hubungan sebagai pasangan kekasih tidak lebih dari setahun. Radit adalah sosok laki laki dewasa, sabar, penyayang dan bijaksana. Kedewasaanya mampu menyihirku hingga jatuh dalam jeratan cintanya. Selalu sabar menghadapi sikap dan tingkah lakuku yang terkadang manja dan cenderung kekanak kanakan.
Pertama kali aku bertemu dengan dia pada saat ada meeting dari kantor dengan perusahaan klien. Dan ternyata perusahaan dia dan perusahaan dimana aku bekerja saat itu sedang menjalin hubungan kerja sama. Seringnya aku dan dia bertemu saat meeting membuat kami menjadi akrab yang selanjutnya berlanjut pada persahabatan di luar lingkungan kerja.
Setelah mengenal beberapa bulan tercipta suatu kecocokan di antara kami yang akhirnya kami putuskan untuk menjalin sebuah hubungan. Satu ikatan dalam istilah pacaran menjadi sepasang kekasih.
Satu tahun sudah hubungan terjalin, semua terjaga dengan baik. Kita merasa yakin dengan perasaan masing masing. Tidak lagi ada keraguan di antara kami oleh karena itulah kami memutuskan untuk bertunangan dan segera melaksanakan pernikahan
Enam bulan lagi aku akan menjadi seorang istri. Bersuami dengan orang yang selama ini sangat aku sayangi dan aku cintai, begitu juga dengan dia. Selama ini dia sangat memahami, menghargai serta menjagaku dengan baik. Meski aku bukan yang pertama baginya tapi dia dengan tulus mendampingiku kapanpun dan dimanapun. Yach…kekasih pertamanya meninggal karena kecelakaan saat malam pertunangan mereka tiga tahun yang lalu.
Hari hari menjelang acara akbar yang akan menjadi sejarah seumur hidupku membuat aku kelelahan karena harus mempersiapkan semua sendiri. Memang aku dan Radit ingin menangani semua sendiri tanpa ada campur tangan orang lain ataupun sebuah EO. Tetapii aku bahagia, Radit selalu sabar menemani bahkan saat ada perbedaan pendapatpun dia selalu bersikap bijaksana.
Dari memilih baju pengantin, mengurus persewaan gedung, konsumsi, dan lain lain semua aku lakukan bersama dia.
“Sayank, nanti di acara pernikahan kita aku mau semua serba ungu dan putih” pintaku ke Radit saat itu. Aku melihat waktu itu Radit sedikit kaget entah kenapa alasanya aku tidak menanyakanya.
“Ungu? Kenapa mesti ungu dan putih?ungu kan warna janda?” jawab Radit.
“Iya sich….tapi nggak tahu kenapa aku suka banget sama kombinasi warna itu.Cantik menurutku. Gimana kamu setujukan?”
“Ok, nggak masalah yang penting kamu suka lagipula memang benar kayaknya cocok dengan cincin kita juga” terang Rendi sembari melihat dan menunjukkan cincin yang melingkar indah di jari manisnya..
 Waktu semakin cepat berlalu, hari istimewa itupun semakin dekat. Entah kenapa sebulan menjelang hari yang aku nanti nanti itu selama itu pula aku mengalami hal hal aneh. Hampir setiap malam aku bermimpi di datangi sosok gadis cantik yang sepertinya seumuran dengan aku.
“kembalikan itu padaku, itu milikku” kata gadis itu dengan tatapan tajam kearahku. Wajahnya sangat cantik, rambutnya hitam legam terurai yang sesekali beberapa helai rambutnya bergoyang tertiup angin. Wajahnya terlihat pucat dari sorot matanya yang tajam tersirat kesedihan disana.
“Maaf kamu siapa?, apa yang kamu minta dari aku?” jawabku dengan heran. Aku sama sekali tidak mengerti apa yang di maksud milikknya itu.
“Cincin itu seharusnya milikku, berikan padaku” jawabnya sambil menunjuk kea rah cincin yang melingkar di jari manisku.
“Apa maksud kamu? Kenapa kamu bilang cincin ini milikmu?” tanyaku semakin tidak mengerti.
“Ya itu milikku….berikan padaku” gadis itu mendekat dan langsung menyambar tanganku bermaksud untuk mengambil paksa cincin tunanganku sama Radit. Aku berusaha keras mempertahankanya hingga tanganku terasa sakit sekali karena tarikanya. Aku kalah akhirnya cincin itu terlepas dari jariku.
“Shelly……ayuk bangun sayank kamu kan harus kerja” Suara ibu mengagetkanku dan serentak aku terbangun dari tidurku. Keringat dingin membasahi tubuhku entah kenapa tanganku bener bener sakit seperti dalam mimpiku. Aku kaget melihat cincin itu tidak ada di jariku. Aku cari di tempat tidur, di bawah bantal tapi tidak ketemu. “Krinciinggg…” cincin itu terjatuh ternyata ada di antara sela sela selimut yang aku pakai.
Aku tertegun sesaat, mencoba menerka nerka apa maksud dari mimpiku barusan. Siapa gadis itu? Kenapa dia berkata bahwa ini adalah cincinya?. “Pasti ada yang dirahasiakan Radit tentang cincin ini” gumanku lirih.
Sejak kejadian mimpi itu aku selalu kepikiran akan apa arti dari mimpi itu. Aku sungguh tidak mengerti. Kemanapun aku pergi aku merasa sosok itu selalu mengikutiku. Entah apakah itu hanya perasaanku saja atau benar adanya yang pasti aku selalu gelisah akan kata kata dalam mimpiku itu.
Satu minggu menjelang pernikahanku, dia datang lagi dalam mimpiku. Dia menangis dan marah kepadaku. “Kamu jahat, kenapa kamu ambil semua milikku” ucapnya dengan nada marah dan pandangan sinis kearahku.
“Maksud kamu apa sich? Sungguh aku tidak mengerti, kamu siapa? Kenapa selalu menemui aku dan bicara seperti itu”
“Kamu telah mengambil semua miliku, kembalikan padaku. Aku sangat mencintai semua itu” kali ini terlihat air mata menetes dari matanya yang tajam itu.
“Apa yang aku ambil dari kamu? Aku tidak mengenal siapa kamu?”
“Cincin itu milikku, kembalikan padaku!”
“Maaf kamu salah sepertinya, ini cincin tunanganku dengan kekasihku Radit. Kami saling mencintai dan beberapa hari lagi kami akan segera menikah” terangku dengan nada tinggi.
“Itu cincinku, Radit calon suamiku, kamu sudah mengambilnya dariku. Mengambil semua milikku” gadis itu semakin tersedu dalam tangisnya. Terlihat jelas kesedihan disana tapi aku tetep tidak mengerti.
Hatiku pilu, aku bisa merasakan kesedihan yang dirasakanya karena dia menangis sejadi jadinya. Wajahnya yang pucat seolah memelas kepadaku untuk memberikan cincin tunanganku itu kepadanya. “Hey, siapapun kamu maafkan aku. Aku tidak bisa memberikan cincin ini kepadamu. Ini adalah cincin ikatan tulusnya jalinan cinta dan kasih sayangku sama calon suamiku Radit” jelasku kepadanya.
Mendengar penjelasanku, perlahan dia mengangkat wajahnya dan menatapku tajam penuh kebencian. “kamu jahat, awas kalau kamu tidak bisa menjaga semuanya aku akan membunuhmu”gertaknya kepadaku, lalu dia berdiri membelakangiku akhirnya dia pergi melangkah perlahan jauh semakin jauh dan menghilang.
Alarm dari Hp yang sengaja aku seting membangunkanku. Aku buka mata perlahan. Dengan malas aku bangkit dari ranjang dan bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Aku terdiam menatap diriku sendiri dalam cermin teringat  dan berfikir sejenak tentang apa arti mimpi itu. “Kenapa dia datang lagi? Kenapa dia selalu berkata hal yang sama? siapa gadis itu sebenarya?” aku bicara pada bayanganku yang terpantul pada cermin dihadapanku.
Hari ini hari minggu yach waktu yang tepat untuk menanyakan semua tentang mimpi ini ke Radit karena nanti siang ada acara makan siang bareng bersama keluargaku juga keluarganya.
Siangpun tiba. Mas Radit beserta keluarga besarnya sudah datang. Jamuan makan siang bersama dengan menu menu sederhana yang menyelerakan tersedia. Tetapi semua tidak bisa menutupi kegelisahanku. Aku bisa merasakan sebagian dari keluargaku juga keluarga mas Radit bahkan mas Radit sendiri seperti bisa menangkap kegelisahanku.
“Mas Radit aku mau bertanya tolong jawab sejujurnya” kataku di tengah tengah obrolan keluarga besar kami yang sedang berkumpul. Semua mendadak diam. Seketika hening.
“Tanya masalah apa?” jawab Radit heran
“Apa benar Cincin yang kamu pakaikan di jari manisku ini dulu ingin kamu berikan pada kekasihmu? Dan kenapa Inisial yang ada itu nama kita?”
“Shelly kenapa kamu bertanya seperti itu”
“Tolong jawab pertanyaanku terlebih dahulu baru aku jelaskan mengapa”
“Yach…memang benar cincin itu dulu akan aku berikan kepada dia. Nama depanya memang sama denganmu. Nama dia Selomita bahkan warna yang di pilih untuk semua dekorasi acara juga sama seperti warna yang km pilih ungu dan putih” jelas Radit datar.
“Selama ini apakah mas Radit tidak pernah menziarahi makan Selomita dan mengatakan bahwa mas Radit sudah mendapatkan penggantinya dan akan segera menikah? Tanyaku kepada mas Radit yang kontan membuat semua anggota keluarga yang ada disitu merasa heran.
“Hmmmm, berziarah sih pernah mesti tidak sering. Memang kenapa sich?” tanya mas Radit heran.
“Owh…kalau begitu tolong antarkan aku ke makam dia sekalian aku akan berkenalan dan minta ijin untuk pernikahan kita nanti”
“Lho memang kenapa?”
“Jujur hampir dalam satu bulan aku mengalami banyak hal aneh. Ada seorang gadis yang mencoba mengambil cincin ini dari aku, dia bilang ini miliknya dan dia juga bilang bahwa aku telah mengambil semua miliknya termasuk aku mengambil kamu darinya”.
Radit terdiam mendengar ceritaku bahkan semua orang yang ada di situ heran. Akhirnya semua anggota keluarga membenarkan niatku untuk menziarahi makam Selomita yang menjadi kekasih Radit dahulu. Sore itu juga aku bersama Radit menziarahi Selomita.
Pada saat memasuki lokasi pemakaman dimana Selomita di makamkan aku merasa ada sesuatu yang aneh. Seolah aku merasa sosok dalam mimpiku itu melihatku. Suasana yang begitu hening, hanya gesekan dedaunan yang meninmbulkan bunyi berisik menambah senyap suasana. Di ujung pemakaman tepat di bawah pohon kamboja disanalah mas Radit membawaku. Disitulah Selomita tidur dalam tidur panjangnya. 
Aku duduk di sisi makam itu, ku taburkan bunga segar dan berdo’a untuknya. Selomita maafkan aku, bukan aku bermaksud mengambil semua milikmu tapi dunia kamu sudah berbeda. Aku berjanji untukkmu akan menjaga, mencintai dan menyayangi mas Radit dengan baik. Tiga hari lagi kami akan menikah, semoga kamu tenang disana do’a kami menemanimu dalam tidur abadimu. Setelah selesai kami bergegas meninggalkan pemakaman itu dengan lega dan tenang.
Hari yang aku nantikan telah tiba. Kebahagian aku rasakan begitu juga dengan mas Radit. Semua tamu undangan melihat kagum kearah kami. Aku merasa cantik dengan gaun pengantin yang berwarna kombinasi ungu putih serta dekorasi yang serupa. Banyak bunga bunga di setiap sudut.

Saat itu di tengah tengah acara resepsi  aku dan Mas Radit melihat sosok Selomita duduk di antara para tamu. Dia tersenyum. Aku dan mas Radit saling berpandangan dan tersenyum juga. Hingga selesai acara dia terlihat dalam duduk memandangi kamu dengan senyum yang aku tak bisa mengartikanya. Sampai acara berakhir sosok Selomita ikut dalam  deretan tamu yang akan memberi ucapan selamat kepada kami sekaligus berpamitan.
             Senyumnya mengembang tetapi jujur aku takut dan merinding. Hatiku berdebar ketika dia datang mendekati aku dan mas Radit “Shelly, selamat ea kamu sangat cantik sekali. Semoga kalian berdua bahagia” setelah mengucapkan kata kata itu sosok itu perlahan pergi jauh semakin jauh dan menghilang. Aku dan mas Radit berpandangan, sedih bercampur haru dan bahagia semua membaur dalam hatiku.

Friday, June 17, 2011

Aku, Kamu dan Hujan


Hujan turun dengan begitu lebatnya. Suara petir menggelegar. Seolah ingin menyambar dan menghancurkan apapun yang di lewatinya. Namun aku tidak mempedulikan semua itu. Aku terus berlari di antara rinai hujan. Aku tidak peduli dengan bajuku yang sudah basah kuyup. Air mataku tak tampak lagi karena membaur dengan derasnya hujan. Hatiku sakit, hatiku perih.
Kata-kata putus yang di lontarkan Iwan sungguh sangat menusuk hatiku. Suara itu bagai petir terdengar di telingaku, menghacurkan hatiku. Lima tahun aku dan dia menjalin hubungan. Pernikahan sudah kami rencanakan untuk tahun yang akan datang. Tapi tiba tiba dia memutuskan hubungan ini hanya gara gara gadis lain yang baru dia kenal. Sungguh semua diluar dugaanku. Menyakitkan. Aku masih tidak percaya iwan melakukan hal itu terhadapku.
Aku terus menyusuri jalanan sepi menuju rumah. Meski cukup jauh aku tak peduli. Hujan seolah mengerti panasnya hatiku penuh emosi, hingga derasnya seolah ingin memadamkan bara yang ada.
Langkahku tiba tiba terhenti. Hujan ku rasakan tidak lagi menerpa tubuhku. Seseorang telah melindungiku dari hujan dengan Jaket yang di milikinya.
“Hey, gadis bodo kok maen hujan-hujanan sich, kalau tersambar petir bagaimana coba.” Suara orang tak ku kenal membuat langkahku terhenti dan mengagetkanku.
“Eh…kamu siapa sih? Sembarangan ngatain orang bodo.” Jawabku dengan kesal
“Gimana mau di sebut gadis pintar dan smart, sudah tahu hujan deras begini malah jalan sendirian. Emang masa kecil belum pernah maen hujan hujanan” timpal cowok itu ngeles.
“Apa pedulimu”
“Tentu saja aku peduli, akukan cowok yang tahu bahwa aku harus melindungi seorang cewek”
“Tapi aku tak butuh perlindunganmu. Lagian aku gak kenal siapa kamu. Atau jangan-jangan kamu ingin menculik aku” sergahku dengan kesal.
“hahahhahaha, menculik kamu? Yang bener saja.”
Entah muncul dari mana cowok aneh itu. Tawanya bener bener menambah aku kesal. Aku mempercepat langkahku tetapi dia tetap mengikuti dan tetap ingin melindungi aku dari hujan dengan jaket kepunyaanya.
Tepat di sebuah halte bus tiba-tiba dia menarik tanganku mengajak untuk berhenti dan berteduh menunggu hujan berhenti.
“Eh…stooppp kita berteduh dulu saja di sini ok”. Ajaknya sambil menarik tanganku
“Eh kamu berteduh, berteduh saja. Aku mau pulang”
“Kamu ini cewek kok bandel amat sich…”
“Apa pedulimu coba?”
“Hmmmm dasar cewek bandel, ya sudah yuk aku temenin sampai rumah kamu”
“Ngapain kamu mau nemenin aku hingga sampai rumah?, kamu itu siapa sih?, apa maksud kamu ngikutin aku?.
“Aku nggak akan nyulik kamulah, ok. Namaku Ryan, ini kartu namaku”
“Ih…buat apa kartu namamu? Nggak penting banget”
Sesaat keadaan menjadi hening. Rinai hujan masih terlihat deras menimbulkan suara gemletok menimpa atap halte bus di mana aku dan dia berteduh. Badanku terasa dingin, aku menggigil. Kata kata yang tadi ku dengar dari mulut Iwan kembali mengusik telinga dan hatiku. Air mata kembali menderai. Buru-buru ku hapus air mataku sebelum Ryan mengetahuinya.
“Hey….kenapa kamu nangis. Haduuhhhh cakep-cakep selain bandel cengeng juga ea,” Ryan mencoba mencairkan suasana. Aku tidak mempedulikan ocehanya. Aku tetap asyik larut dalam fikiranku sendiri. Hujan kian reda. Hanya menyisakan rinai gerimis. Mentari mulai bersinar walau gerimis masih setia. Suasana menjadi indah. Dingin tak lagi kurasa. Kini tubuhku terbalut jaket milik Ryan.
“Hujan sudah reda aku mau  pulang, O ya jaket kamu aku bawa ea nanti aku cuci dank u kembalikan lain hari. Terimakasih dah menemani aku. Aku Rena”. Ku ulurkan tanganku sebagai perkenalan, dan langsung meninggalkanya.
“Hey…Tunggu!!, bagaimana kamu akan mengembalikan jaketku nanti?” Rian mengejarku.
Aku menghentikan langkahku dan berbalik padanya yang ada di belakangku, aku ambil kartu nama yang di pegangnya tanpa berkata apa apa dan langsung meninggalkanya kembali. Dia hanya diam menatapku pergi meninggalkanya dalam diam.
Tak terasa dua bulan sudah masa pertemuanku dengan Ryan berlalu. Gerimis di senja ini cukup bisa mengingatkanku akan pertemuanku dengan dia waktu itu. “Dasar cowok aneh,” gumanku dalam hati. Aku tersenyum. Terasa ada rasa lain yang tiba tiba menjalari hatiku. Aku tiba-tiba merindukan sosoknya yang konyol dan nyebelin itu.
Ku coba mencari cari kartu nama yang dulu diberikanya padaku, tapi tak kutemukan juga. Semua isi tas sekaligus barang barang yang ada dalam laci mejaku sudah aku keluarin tapi tak kutemukan. “Kemana sich itu kartu,” gerutuku dengan muka manyun. Ku acak acak seisi kamar tak kutemukan juga. Nasib mungkin.
Rasanya memang musim sudah tidak bersahabat. Seharusnya ini adalah musim kemarau tapi entah kenapa hamper setiap hari hujan, bahkan terkadang sangat deras. Seperti hari ini saat pulang kuliah hujan menerpa. Aku sengaja berjalan kaki karena memang aku sangat suka dengan hujan, sekalian siapa tahu ketemu cowok aneh itu.”Lelaki hujan”. Itulah nama yang aku beri untuk dia.
Kulangkahkan kakiku menapaki jalanan, menentang hujan dan petir yang sesekali terasa menyentak seolah memberi peringatan akan adanya banjir.
“Hey…jelek, kok gak pernah menghubungi aku sich. Orang di tungguin juga,”langkahku terhenti seketika. Suara Ryan si cowok aneh itu mengejutanku.
“Kamu tu ya selalu saja mengagetkan aku, apa sih mau kamu? Kenapa kamu selalu muncul ketika aku ingin menikmati hujan?” ucapku sewot.
“Udah jangan cerewet, ayuk kita berteduh di halte dulu,” Ryan menarik tanganku membawaku ke halte tepat dimana dulu kita pernah berteduh juga.
“ eh….kamu cewek aneh dech…kenapa sich kamu suka hujan hujanan, kamu kan sudah besar?” tanya Ryan sembari meledek.
“Kamu sendiri kenapa selalu muncul menggangguku waktu aku mau menikmati hujan? Oya nih jaket kamu” aku menyerahkan jaket dia yang dulu sempat aku bawa.
“Wah berarti selama ini pasti kamu selalu bawa jaketku dengan harapan kamu ketemu sama aku, iya kan,”
“Gak usah kePDan dech kamu”
“Hmmmm dasar cewek jutek, bawel, cengeng lagi”
“Dasar cowok aneh”
“Tapi kan keren dan perhatian”
“Ich…..”
Senyap seketika. Kami berdua larut dalam fikiran masing masing. Entah apa yang di fikirkan Ryan. Tapi yang pasti sejujurnya aku sangat bahagia hari ini bisa bertemu dengannya. Rasanya aku mulai menyukainya. Aku tiba tiba merasakan kenyamanan ada di dekat dia. “Duch ada apa denganku”.
“Kenapa kamu selalu…” tidak sengaja kami berdua mengucapkan kalimat sama dan bersamaan. Akhirnya kami berdua tertawa bersama sama.
“Kamu mau ngomong apa barusan” tanyaku padanya.
“Tak ada, kamu sendiri mau bilang apa”
“Tak ada juga”
“Ren…..boleh aku tahu no Tlp kamu?”
“Owh boleh,” jawabku seraya menuliskan no HPku pada kertas dan menyerahkanya pada Ryan.
“Sewaktu waktu Ryan boleh call ea?”
“Silahkan saja, eh sudah gak hujan ku pulang dulu ea,” aku beranjak dan bergegas meninggalkan dia.
Malam beranjak, hawa dingin sangat terasa mungkin karena tadi sore hujanya sangat deras. Berkali kali Ryan SMS namun tak satupun yang aku balas. Berkali kali juga dia mencoba menelfonku tapi aku juga malas mengangkatnya, karena ku fakir pasti kalau aku jawab SMS ataupun panggilan dari dia, dia akan semakin menjadi dengan sifat narsisnya itu.
Untuk kesekian kalinya SMS dan panggilan Ryan masuk ke Hpku. Dengan malas akhirnya aku menjawabnya. “Hallo,” jawabku dengan malas.
“Rena kok kamu gak pernah membalas SMS dan menjawab panggilan dari aku sich?, maafin aku ya kalau aku mengganggu waktumu”.
“Enggak kok, maaf soalnya beberapa hari terakhir ini aku sibuk banget” jawabku berbohong. Akhirnya kami mengobrol bercanda asal asalan. Dia memang gokil. Pandai membuat aku tertawa walau kadang juga membuat aku jengah karena sikapnya yang kadang terlalu narsis.
Semenjak saat itu hampir setiap hari Ryan selalu menelfonku. Aku dan dia semakin akrap. Kami sering jalan jalan, bahkan ketika senja gerimis atau hujan kita sering menikmatinya berdua. Aku dan dia sama sama menyukai gerimis, kami menyukai hujan. Akhirnya bertahun sudah kita bersahabat dan kami putuskan kita jadian. Dari masa ke masa, waktu yang selalu kami lalui dalam kebersamaan membuat kami mengerti bahwa ternyata kami sama-sama saling mencintai dan menyayangi.
“Rena Sayank, Ryan pingin melamarmu. Aku pingin kita segera menikah,” SMS sinkat yang di kirim Ryan malam itu. Tidak biasanya dia SMS begitu. Aku tersenyum gembira dan jariku serentak bergerak membalasnya. “ Sayank, Rena bahagia dengan itu semua. Rena menunggu untuk itu kapanpun kamu mau sayank”.
Waktu yang di tentukan Ryan tiba. Malam nanti Ryan akan melamarku dan kita putuskan untuk bertunangan sampai kita tahu hari pernikahan yang mana kami ingin melakukanya secepatnya. Restoran yang menjadi tempat dimana kami berdua selalu makan bersama menjadi pilihan sebagai tempat untuk acara lamaran. Kebetulan acara akan di hadiri hanya dari keluarga dekat saya tidak lebih daru dua puluh orang.
“Sayank, aku ingin kamu nanti malam memakai Gaun ini” Ryan menyerahkan bingkisan yang di hiasi sedemikian indah. Gaun yang dia ingin aku memakainya waktu acara nanti malam. Aku buka perlahan. Sedikit heran saat melihat warna gaun pilihan Ryan.
“Sayank, kok hitam? Kenapa nggak putih?” tanyaku heran “Tapi bagus ini aku suka”.
“Putih itu sudah umum Rena sayank, aku ingin beda untuk kita. Lagian kamu ingat tidak kapanpun kita bertemu selama ini selalu saja kita memakai baju hitam ataupun warna gelap dan itu tanpa kita sadari ataupun kita rencanakan” Terang Ryan memberi alasan. Aku tidak mengira sama sekali dia akan mengingat hal hal sepele seperti itu.
Seluruh keluarga Sudah berkumpul. Acarapun berjalan lancer di lanjutkan makan bersama. Aku sangat bahagia mala mini. Sebentar lagi aku akan menjadi seorang istri. Tujuh bulan lagi. Ya waktu yang di setujui oleh keluarga adalah tujuh bulan lagi tepat di hari dan tanggal serta bulan di mana dulu aku dan Ryan jadian. Mengikrarkan bahwa kami akan saling mengisi dan menjaga satu sama lain.
Malam sudah larut. Jarum jam menunjuk jam sebelas tepat. Kami semua pulang dengan hati lega dan bahagia. Aku pulang bersama keluargaku,dan Ryanpun juga bersama keluarganya. Sebelum berpisah Ryan sempat berpamitan sama orang tuaku dan keluarga yang lain. Juga dengan diriku.
“Sayank, terimakasih ea. Mala mini kamu cantik banget. Sayank I Love You, terimakasih kamu sudah m,enemaniku selama ini, kamu sudah mengisi hari hariku, kamu sudah memberikan kebahagian dalam hidupku. Aku akan menjaga dan membawa cinta ini sampai nanti aku mati. Aku janji sama kamu sayank”. Ryan mencium tangan dan keningku. Entah mengapa ada perasaan aneh yang tiba tiba menyelinap di hatiku. Tak terasa air mataku menetes, haru sekaligus bahagia.
“Terimakasih juga sayank. Aku juga bahagia memilikimu. Aku juga janji akan menjaga semuanya. Aku juga sangat mencintaimu”. Aku menangis haru dan menghambur dalam pelukanya. Entah mengapa tiba tiba aku merasa takut kehilangan dia. Seolah olah akan di tinggal pergi jauh. Aku mengecup tangan dan kening Ryan dan bergegas meninggalkanya.
Sepanjang perjalanan pulang hujan tak henti mengguyur. Gemuruh petir kian membuat takutku semakin menjadi. Hatiku resah terlalu. Entah karena apa. Baru saja mobil mau memasuki halaman rumah HPku berbunyi. No Ryan yang memanggil.
“Rena ini om….tolong kamu cepat ke rumah sakit Graha sekarang juga” suara om Hakim, ayah Ryan langsung putus tanpa memberiku kesempatan menanyakan siapa yang sakit. Aku memberitahu bapak dan ibu tentang hal itu dan kami segera menuju rumah sakit yang di tunjuk Om Hakim.
“Om, siapa yang sakit om?” tanyaku tidak mengerti
“Rena, tidak ada yang sakit sayank. Mobil yang di kendarai Ryan dan mamanya mengalami kecelakaan, sekarang dokter lagi menangani mereka berdua.Kita sama sama berdo’a saja semoga mereka tidak apa apa,” jelas om Hakim seraya menenangkanku.
Aku tersedu dalam tangisku. Tiba tiba hatiku sakit. Ibu mencoba menenangkanku. Aku lemas seketika. Terasa sesak dada ini. Aku Takut akan semua. Pintu Ruangan dimana Ryan dan mamanya di tangani terbuka Dokter keluar aku segera menhambur kearahnya.
“Dok, gimana keadaan Ryan dan mamanya Dok,” tanyaku dalam isak tangis yang tak bisa aku bendung.
Hujan semakin deras, Petir gemuruh bersaut sautan. “Keadaan mamanya masih kritis kita berdoa saja untuk beliau, tetapi Ryan…..maaf kami sudah berusaha semaksimal mungkin tapi nampaknya dia tidak bisa bertahan. Maafkan kami”.Terang dokter itu seraya melangkah pergi meninggalkan kami semua. Aku limbung, lemas serasa tulang tulangku rapuh, petir di luar sana seakan menyambar hatiku. Hatiku hancur. Kepalaku pusing, pandanganku nanar setelah itu aku tidak tahu lagi apa yang terjadi. Aku pingsan.
Saat ku buka mata, ruangan itu terasa sepi, ku kumpulkan semua kesadaranku mencoba mengingat apa yang terjadi. “Ryan”. Tiba tiba aku teringat akan dia. Aku berlari keruang tengah. Banyak orang berkumpul disana. Lantunan surat Yasin mengalun menggema memenuhi ruangan. Aku menagis, melangkah lunglai mendekati raga yang terbujur kaku dengan wajah pucat yang berada di tengah tengah orang orang yang ada. Isakku semakin menjadi.
“Ryan kenapa kamu pergi meninggalkan aku secepat ini, mana janji kamu” aku menangis memeluk raga Ryan yang dingin dan pucat.
Gerimis Turun setelah acara pemakaman Ryan selesai. Aku tetap tinggal sedang orang orang satu persatu meninggalkan tempat pemakaman itu. Ryan, aku tahu mesti kau sudah pergi kamu selalu ada dan akan menemaniku. Kamu selalu ada dan menjelma dalam Rinai hujan. Lihatlah gerimis saat ini. Rinainya menyapa menghantarkanmu dalam peristirahatan abadimu. Semoga kamu tenang di tempatmu Ryan aku akan selalu mencintaimu.Tidurlah, cinta dan Doaku menemanimu.
Sejak saat itu setiap gerimis ataupun hujan tiba aku menikmatinya, karena aku yakin saat itu Ryan ada di antara rintiknya.

Monday, June 13, 2011

Akhir Sebuah Penantian (Cinta Abadi)

Kehadiran cinta menjadikan dunia indah penuh warna. Dengan cinta langkah terasa ringan, gairah hidup menjadi berlipat bahkan tanpa disadari cinta mampu membuat seseorang melakukan hal hal yang tidak pernah di duga.
Cinta yang tulus tidak mengenal jarak, waktu dan keadaan. Tidak ada sesuatu yang bisa menjadi batas dalam cinta, karena cinta lahir dan tinggal di dalam hati. Jarak yang terpisah waktu yang berbeda tidak juga bisa menjadi penghalang tumbuhnya cinta.
“ Sayank, maafkan Andre ya. Percayalah kita berpisah untuk sementara, semua ini demi masa depan kita berdua” ucapan Andre kekasihku seketika membuyarkan lamunanku. Seketika hatiku menjadi perih, rasa takut menyelinap tanpa aku minta.
Lima tahun ku jalani hari hari bersama dia. Susah, senang, menangis, tertawa aku selalu bersama dia. Andre adalah sosok kekasih yang baik untukku. Dia sangat menjaga, menghargai dan selalu menyayangiku sepenuh hati. Kapanpun dan dimanapun Andre selalu ada untukku.
Andre adalah sosok yang cerdas jadi tidak heran kalau dia mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan studynya ke luar negeri. Australia adalah Negara yang di pilih andre. Karena itulah dia akan meninggalkan aku sendiri, hanya berteman dengan cinta antara aku dan dia tanpa bisa melihat senyumnya yang biasanya selalu terlihat di setiap waktuku.
Waktu yang sudah di tentukan untuk keberangkatan Andre tiba. Saat inilah ujian cinta antara aku dan dia akan dimulai. Jarak dan waktu akan menjadi saksi sejauh mana, sedalam apa kekuatan cinta yang kami miliki.
Di dalam taxi yang membawa aku dan Andre menuju bandara, sepanjang perjalanan aku hanya membisu. Hatiku terasa pilu. Perasaan sedih dan takut menjalari hatiku. Selama ini aku tak pernah jauh sama dia dan sekarang aku akan di pisahkan oleh jarak dan waktu. Terpisah oleh bentangan lautan samudera. Meski Tehknologi sudah canggih dan jarak dan waktu bukanlah menjasi masalah tetapi hati ini tetaplah tidak bisa kompromi ingin rasanya selalu dekat bersama sama.
Detik detik perpisahan itu semakin dekat. Perasaanku semakin tidak karuan. Air mata seolah seperrti aliran sungai tak berbendung. Aku yakin Andre juga merasakan hal yang sama seperti yang aku rasakan. Kedewasaanyalah yang bisa menutupi perasaan itu. Dengan sabar dan penuh kasih sayang dia mencoba menenangkanku, menguatkan aku, dan meyakinkan bahwa jarak dan waktu bukanlah masalah, kesetiaanlah yang terpenting dan komunikasi. Keraguan akan kesetiaan memang tidak ada di antara aku dan dia, lima tahun bukan waktu yang singkat untuk kita mengenal satu sama lain, itulah yang juga menjadi alasan Andre yakin bahwa semua akan baik baik saja.
“Berjanjilah untukku, untuk cinta kita”, kata kata Andre yang semakin membuat pilu hatiku. Tanganya yang lembut mengusap air mataku yang semenjak di perjalanan tadi tak berhenti mengalir. Dia tersenyum seolah ingin menenangkanku.
“ Aku akan setia menunggumu, aku janji “ ucapku singkat seraya menhambur memeluknya. Isak tangisku pecah menderu. Semua terasa berat seperti berpisah untuk selama lamanya. Di belainya rambutku seraya membujukku untuk tenang.
Di genggamnya tanganku yang mungil, matanya menatapku sayu. Dia tahu apa yang aku rasakan karena dia merasakan hal yang sama. “ Aku juga berjanji akan menjaga semuanya, aku akan kembali seperti saat aku akan pergi hari ini , sebagai kekasihmu “. Di akhir kata katanya butiran bening itu terlihat di sudut matanya yang redup. Di rengkuhnya tubuhku yang mungil. Sejenak kami terdiam membiarkan hati kami saling bicara. Perlahan di lepaskanya genggaman tangan itu, di kecupnya keningku penuh cinta kasih.
“ I Love You “, “ I Love You too “. Kata singkat pengikat hati yang mampu mewakili segenap rasa yang ada di dalam jiwa, sebagai kata terakhir yang mengantar langkahnya meninggalkan aku di sini sendiri hanya berteman dengan cinta antara aku dan dia.
Sepanjang perjalanan pulang aku terdiam sepi. Pikiranku melayang. Hatiku berbicara sendiri, Air mata mengurai sedih yang tak bertepi.
“ Andre, aku akan selalu menantimu.Ku akan menanti, meski harus penantian panjang. Aku akan tetap setia menunggumu kutahu kau hanya untukku. Biarlah waktuku habis oleh penantian ini hingga kau percaya betapa besar cintaku padamu, ku tetap menanti “.
                                                ******
Waktu bergulir begitu cepat, detik menit, hari, bulan tak terasa ku lalui meski dalam bersendirian. Pada awal beberapa bulan pertama memang sulit aku rasakan, namun sebisa mungkin kusibukkan diri hingga aku bisa menjalani hari sendiri tanpa Andre di sisiku seperti biasanya. Meski begitu aku dan dia selalu berkomunikasi kapanpun dimanapun, dan itulah karenanya dia tetap bersa di sisiku meski raganya jauh disana.
Tak terasa setahun sudah berlalu, hubungan jarak jauh aku jalani tanpa sedikitpun rintangan. Perasaan yang selalu menyiksa, rindu yang kian membuncah semua membuat aku mengerti bahwa hanya dialah yang mampu memenangkan hatiku. Hanya dia yang mampu membuat aku tenang dan tersenyum menjalani hari hariku meski banyak goda yang datang tak satupun mampu menggoyahkan tulusnya kasih sayang serta cintaku sama Andre.
Tapi ternyata tidak begitu dengan Andre, entah karena apa suatu hari dia memintaku untuk melupakanya dan mencari penggantinya. Tak ada masalah sebelumya. Seperti langit cerah yang membiru dengan terik matahari yang bersahabat namun tiba tiba hujan badai menderu. Dia memintaku untuk mencari penggantinya agar aku tidak kesepian dan yang lebih menyakitkan dia sudah membagi cintanya dengan gadis teman kuliyahnya di negeri kanguru itu.
“ Lupakan aku, aku telah menghianatimu, aku mencintai gadis teman kuliahku” ku dengar suara andre waktu itu sedikitpun tak memikirkan perasaanku.
Air mata tak lagi bisa ku bendung. Hatiku sakit teriris sembilu. Andre yang dulu kini sudah berubah. Andre yang dulu sangat sayank dan menjaga perasaanku, tak pernah sekalipun menyakiti hatiku kini telah berbeda. Aku libung seketika. Langkahku terasa terhenti, aku berdiri tanpa pegangan aku bersandar tanpa sandaran.
Hatiku beku, berjuta tanya tanpa jawab berkecamuk menghiasi setiap waktuku. Melamun dan menangis hanya itulah yang aku lakukan setelah itu. Aku tidak tahu apa yang terjadi padaku, tapi yang pasti perasaan dan cintaku pada Andre masih sama tak sedikitpun berubah, tak sedikitpun kebencian itu mengotori ketulusan cintaku padanya.
Waktu terus berlalu, berbulan bulan sudah tiada kabar berita dari andre. Semenjak pernyataan  keinginanya untuk memutuskan hubungan denganku, sama sekali dia tidak mau mendengarkan kata kataku, dia tidak mengerti perasaanku, tak pernah sekalipun dia menjawab sms, imail bahkan pesan pesan di FB ataupun YM tak pernah ada yang dia balas. Semua membuat aku sedih tak menentu. Aku tak bisa sedikitpun melupakan dia. Aku tetap mencintainya seperti dulu, tak berubah. Akhirnya ku putuskan meninggalkan pesan di FB serta ku kirim SMS yang sama dan tlah kukatakan itu pesan dan keputusan yang terakhir dariku.
“ Andre, cintaku masih seperti dulu tak berubah. Meski dirimu bukan milikku namun hatiku tetap untukmu, berjuta pilihan disisiku takkan bisa menggantikanmu. Walau badai menerpa cintaku takkan kulepas, berikan kesempatan untuk membuktikan kumampu jadi yang terbaik , aku masih yang terbaik untukmu, untuk cinta kita. Ku akan menanti dan menantimu sampai saat nanti sudah terlihat jelas bahwa kamu memang bukan untukku, baru saat itu aku akan melepasmu untuk bahagiamu “.
Setelah itu kuputuskan untuk tidak lagi mengganggu dan menghubungi Andre walau dalam hati setiap detik aku selalu mengharap kabar dari dia, kerinduanku akan dia sungguh hamper membuat aku gila.
Kusibukkan diriku dengan segala kegiatan agar aku bisa melupakanya. Banyak teman pria yang mencoba mendekatiku tapi sama sekali sosok Andre tak bisa tergantikan. Hanya dia satu di hatiku, bahkan semakin hari kerinduan yang ada semakin menguatkan cintaku walau aku tahu dia sudah meninggalkanku. Sakit memang tapi cintaku lebih kuat hingga sakit yang Andre torehkan tak mampu menggores rasa yang ada dalam hatiku.
Waktu semakin berlalu, tanpa kusadari empat tahun sudah perpisahanku sama Andre. Itu berarti tidak lama lagi Andre sudah harus kembali. Aku gelisah tiba tiba saja aku ingin menghubunginya. Aku ingin mendengar suaranya, aku ingin tahu keadaan dia, kapan dia akan kembali, masihkah dia berhubungan dengan gadis pilihanya itu. Tidak tahu kenapa tiba tiba bayangannya semakin buat aku resah. “ Ndre, adakah kamu mengingatku saat ini “ tanyaku dal hati seraya menatap wajahku dalam pantulan cermin.
“ dreeeet dreeettttt “ HP ku bergetar satu SMS masuk
Kubuka perlahan dengan malas. Sontak mataku melotot tak percaya. Aliran darahku seolah berhenti. Ingin menangis rasanya tapi seolah sudah tak ada persediaan air mata.. Berkali ku baca SMS itu untuk meyakinkan benarkah sms yang aku terima barusan. Rasanya seperti mimpi.
“ Cint….gimana kabarmu “ itulah sms singkat yang di kirim Andre.
Tanganku bergetar. Ingin rasanya berteriak pada dunia bahwa saat ini aku bahagia. Sangat bahagia. Bagaimana tidak pada saat aku bener bener merindukan dia, memikirkan dia, tiba tiba dia sms. Mungkinkah dia masih mencintaiku? Apakah dia akan kembali lagi padaku? Atau malah mungkin dia akan memberitahu bahwa dia akan menikah?. Ahhhh…… berjuta tanya tiba tiba mulai mempengaruhiku.
“ Ndre….aku baek. Kamu apa kabar? Kapan pulang? Aku kangen. Aku masih tetep seperti dulu. Aku masih menunggumu seperti pesan terakhir yang aku kirim untukmu”. Ku balas sms Andre sekalian ingin tahu apa yang ingin dia sampaikan setelah ini.
Ku tunggu . detik, menit jam dan hari berlalu tapi Andre tak juga membalas sms itu. Aku kian gelisah. Bayangan akan kenangan saat saat bersamanya membayang menari di pelupuk mataku. Air mata setia mengurai kebekuan hatiku. Seperti hujan yang ingin menyiram gersangnya jiwaku yang di landa kerinduan yang begitu membuncah. Entah dapatkah semua terbayar oleh pertemuan atau selamanya akan terus menyesak didada.
Suatu hari di ujung senja ku beranikan diri untuk menelfon dia. Aku sudah bertekad menanyakan kejelasan atas semua. Aku dah siapkan mental dan hatiku untuk bisa menerima apapun kenyataan yang mesti aku terima. Ku pencet nomor HP andre yang ada dalam menu phonebook di HPku terdengar nada sambung tapi lama tak terjawab. Ku coba lagi hingga ketiga kalinya barulah Andre mau menjawab.
“ Ndre….” Hanya kata itu yang keluar dari bibirku. Air mata seketika membanjir. Bibirku seolah terkunci.Aku tak bisa berkata apa apa. Aku tersedu dalam tangis pilu.
“ Cint,….jangan nangis please!! Maafin Andre. Maafin Andree sudah menyakiti, sudah mengkhianati cinta kita. Maafin Andre sayank “ .
Kata kata Andre semakin membuat tangisku kian tersedu. Ingin rasanya aku menghambur kedalam pelukanya hingga dia bisa merasakan apa yang aku rasakan sat ini, bagaimana rindunya aku selama ini. Aku tak bisa berkata apa apa.
“ Cint….aku sekarang tidak lagi bersama gadis yang aku pilih. Aku menyesal meninggalkanmu. Dia malah menghianatiku. Dia pergi meninggalkan aku dan memilih laki laki lain. Sekarang aku tahu apa yang kamu rasakan saat aku memutuskanmu dulu, bahkan tanpa aku mau mendengarkanmu, maafkan aku cint. Mungkin ini terlambat bagiku, mungkin kamu sekarang sudah ada penggantiku. Aku bisa terima karena itu juga yang kuinginkan dulu, tapi kenapa kamu menangis sayank…? Usap air matamu”.
“ Ndre, aku masih seperti dulu aku masih menunggumu sampai saat ini aku masih setia sama cinta kita. Kamu tak pernah tergantikan oleh siapapun “ kataku tetap dalam isak tangisku.
“ Cint,,,,maafkan aku “ suara Andre penuh penyesalan.
Sejak saat itu aku putuskan untuk membina lagi jalinan cintaku bersamanya yang pernah di putuskanya. Kali ini dia berjanji tidak akan meninggalkanku lagi. Senyumku kembali. Aku merasa lebih hidup. Amunisi baru seoalah merasuki jiwaku. Ku lalui hari hariku penuh semangat dan optimis. Menunggu kedatangan Andre yang di jadwalkan tiga bulan lagi dia akan pulang menemuiku. Dan Kita akan menikah.
Ahhh… seperti taman bunga suasana hatiku. Penuh dengan bunga indah merekah. Akhirnya penantianku akan berakhir bahagia. Cinta tulusku akan segera terwujud pada satu ikatan yang selama ini ku impikan. Pernikahan. Menikah dengan orang yang sangat aku cintai. Sungguh sangat bahagia walau baru sekedar membayangkan.
Waktu yang lama aku tunggu tiba. Hari ini Andre pulang. Aku bersama kedua orang tua Andre bersiap menuju bandara menyambut kedatangan Andre. Sebelum memasuki pesawat yang akan di naikinya tadi pagi Andre sempat menelfonku.
 “ Cint, aku tak sabar ingin melihat senyummu lagi. Aku tak tahu apakah aku masih di beri kesempatan untuk melihatnya lagi apa tidak. Cint aku sangat mencintai kamu. Kamu adalah gadis satu satuya yang bisa aku banggain. Cint, Ilove you so much. Sebentar lagi aku akan memelukmu, menyatukan cinta kita dalam keabadian “, setelah mengucapkan semua kata itu Andre menutup HPnya karena pesawat akan segera lepas landas.
Tiga puluh menit sudah berlalu, seharusnya pesawat yang di tumpangi Andree sudah mendarat. Aku juga semua orang yang sedang menunggu kedatangan kerabat, keluarga dan orang orang yang dicinta di kecam kegelisahan karena sudah setengah jam lebih jadwal pesawat itu mendarat terlewati. Di antara kegelisahan para penunggu tiba tiba suara petugas bandara melalu Microfon membuat suasana menjadi hingar bingar. Teriakan histeris tangis tiba tiba mengambil alih keheningan sebelumnya.
Pesawat yang di tumpangi Andre di nyatakan hilang alias kecelakaan dan belum bisa di ketahui dimana itu terjadi dan bagaimana keadaan pesawat tersebut.
Seketika aku merasa aliran darahku terhenti, tulang tulangku seperti keropos, melemas, pandanganku mendadak kabur, selanjutnya entah apa yang terjadi aku tidak tahu, aku ambruk tak sadarkan diri.
Saatku buka mata yang kulihat hanya kamar dengan ruangan serba putih. Rasa ngilu terasa di pergelangan tanganku akibat selang infus. Perlahan ku perjelas pandanganku, ku mencoba ingat apa yang sudah terjadi, tanpa ku minta air mataku menjawab hatiku pilu aku terisak kian menjadi. “ Ya Allah kenapa ini terjadi padaku, kenapa mesti dia? Kenapa bukan aku saja yang Engkau ambil” aku menangis tersedu dan kurasakan ibunda Andre memelukku, memintaku agar tenang.
Dua minggu sudah, namun bangkai dari pesawat yang di tumpangi Andre tak juga di temukan. Sedih semakin tersayat rasa hatiku. Kenapa mesti seperti ini? Adakah kata kata Andre terakhir itu sebagai firasatnya, dia ingin membawa cintaku dan cintanya pada dunia keabadianya. “ Andre, aku kangen” linangan air mataku kembali mengurai kerinduanku kepada Andre yang tidak akan pernah ada penghujungnya.
“ Ndre…..tak pernah terpikir olehku, tak sedikitpun ku bayangkan kau akan pergi tinggalkan aku sendiri. Begitu sulit ini ku bayangkan, sakit ku rasa kini kau tlah pergi tinggalkan aku, tinggalkan kerinduan yang tak akan pernah ada penghujungnya. Tak pernah kau biarkan aku walau hanya melihat senyummu yang beku. Sulit untukku menerima ini semua. Entah bisakah aku hidup tanpa kamu. Aku tak yakin. “
“ Ndre, kamu adalah bintang dalam hatiku. Tapi kini kau telah pergi. Semua cerita kita tlah kau bawa pergi ke dunia abadimu. Semua hanya tinggal kenangan. Bisakah aku mencari pengganti yang sepertimu? Tidak, kamu hanya satu . Tapi demi kamu, demi cinta kita aku akan tetap tersenyum untukmu disana. Semoga Engkau tenang, bahagia di keabadianmu. I Love You Ndre.


Cerita ini di ikutkan di acara " Cerita bersauntrack "

Friday, June 10, 2011

Tinggalkan Aku Dalam Diam


Arrrrrggghhhhhh............
Seolah aku ingin menjerit, tapi tak mungkin. Dada ini terasa sesak bukan karena sesak nafas tapi sungguh seperti gunung berbatu bertahta disana. kecil tapi sungguh terlalu berat untukku. Sepele mungkin, tapi terlalu rumit untuk aku hadapi.

Kenapa selalu terjadi begini, sama dan serupa. Adakah ujian? tapi sampai kapan. Hati ini bukanlah permainan. Disana ada perasaan bukan untuk di ombang ambing tapi sebaliknya inginkan ketenangan.

Kenapa salah? tapi apa yang salah. Tidak ada kata. Kenapa diam kalau ingin bicara. Kenapa mesti sembunyi kalau mau terlihat. Terlambat. saat kau berucap tapi telinga itu telah tuli. Tak ada guna kau menampakkan diri karena mata itu telah tertutup.

Aaaaarrrggghhhh apa yang kau mau?. knapa selalu terlambat terungkap?.Setelah sikapmu bagai ujung tombak yang sudah menancap di ulu hatiku. Kalau suara itu terdengar mungkin tak terlalu terluka tapi terlambat sudah.

Sampai kapan ini mesti aku rasa?.Sementara ataukah selamanya. Adakah aku yang tak mengerti atau hanya keadaan yang tak memihakku. tapi kenapa selalu?. Adakah aku selalu menuntut, tapi aku tak pernah dapat dan sebenarnya aku tak berharap.

Ah, sudahlah. Biarlah semua mendung dan berkabut. semoga cerah membiru besuk ada dalam langit hatiku.

Aku tahu semua orang pasti pernah merasakan kecewa juga sebaliknya juga pernah mengecewakan. Seperti saat ini aku begitu kecewa bahkan pada diriku sendiri karena aku ternyata telah mengecewakan orang lain sangat mengecewakan.

Kini aku dalam kesendirian. Tinggalkan aku dalam diam.

Wednesday, June 8, 2011

Sunyi Dalam Penantian


Semua terdiam
Sunyi
Cuma Kita yang ada
Tiadapun kata terucap
Menjadikan Sempurna
Perasaan saling menerka
Bukan kata
Bukan pula pandangan yang menggetarkan
Teramat dalam terasa
Tapi tak mampu di luahkan
Karena memang begitulah adanya
Kulit hati saling tersentuh
Hanyut dalam buaian rasa
Menyatu dalam hening
Kapankah menyatu?
Kapankah rasa ini beradu dalam nyata
Akankah hanya waktu yang mengerti
Akupun juga menanti
Tiada yang ku ragu
Tiada yang buatku sendu
Tapi nyata ku tlah lelah menunggu
Dengan segunung rasa yang kadang buatku jemu
Mungkin ini cobaan, ujian akan takdirNya
Apapun itu akan kurengkuh semua tanpa berkeluh
Seperti malam dengan sunyi dan gelapnya
Laksana bulan dengan pasang surut air lautnya
Laksana bintang dengan bias kerlipnya
Begitu aku di sampingmu
Semakin sunyi semakin aku memahami


Posted by Picasa

Hikmah di Sebalik Kegagalan

Kadang saya merasa marah, sedih, kecewa dan putus asa dengan harapan-harapan yang sudah saya bikin. Berniat untuk menyerah lalu pasrah terseret arus budaya dominan. Namun nasehat, dukungan, semangat yang datang dari para sahabat, keluarga dan orang orang terdekat saya, selalu membuat harapan dan semangat itu menyala kembali.

Melihat para sahabat dan orang orang di luar sana berkarya dan berekspresi semakin menambah amunisi saya untuk bangkit, dan menciptakan alternatif baru dalam mensikapi kenyataan yang harus saya terima. Tanpa saya sadari semua membuat saya merasa lebih hidup dan saya akan terus mencoba untuk memaknai hidup itu sendiri.

Saya sadar jalan tidak selamanya rulus. Banyaknya tikungan, naik turun akan lebih membuat saya mengerti dan memberi pengajaran tersendiri kalau saya bisa mensikapinya. Seperti berdiri di bawah sinar mentari di tengah hari bolong, cinta, persahabatan, tangis dan tawa menjadi semangat yang membakar yang membuat saya tetap tersenyum di tengah hari yang menyengat pedas, yang mampu memberikan energi kreatif dan warna baru dalam setiap lembar perjalanan saya.

Mungkin benar dan memang begitulah semua orang mengatakan. Kegagalan bukan berarti tamat. Kegagalan itulah keberhasilan yang tertunda. Dari kegagalan yang saya alami saya akan belajar, setidaknya saya sudah tahu kenapa saya gagal, saya tahu apa yang belum saya lakukan sehingga saya gagal, semoga semua menjadi tolak ukur untuk saya mempersiapkan yang akan datang dengan baik, setidaknya saya tidak akan mengalami kegagalan lagi pada hal yang sama.
Semoga !!!! :-)

Tulisan ini juga di poskan di http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2011/06/08/hikmah-di-sebalik-kegagalan/

Monday, June 6, 2011

Semangat Pagi ( Hidup Itu Seperti Lukisan Dan Lagu )

 
Cobaan yang terberat dalam hidup adalah musibah yang datangnya bertubi tubi. Tekanan hidup yang begitu teramat berat, ada yang malah menjauh dari Tuhanya karena keputus asaan yang menyebabkan adanya anggapan bahwa Tuhan pilih kasih yang membuat hidupnya semakin menderita jatuh dalam keterpurukan dan derita, dan mengamggap juga bahwa Tuhan tidak adil tetapi tidak sedikit juga yang malah mencari dan mendekatkan diri kepada Tuhan. 
Rentetan ujian dan masalah yang datang dan pergi tanpa aku minta membuat aku tertekan itulah yang aku rasakan beberapa bulan terakhir. Masalah keluarga, masalah diri sendiri dan masalah kerja  hampir membuat aku gila. Tidak bisa mengendalikan emosi, sering marah, mudah tersinggung dan cenderung egois.
Anggapan bahwa Tuhan tidak adil padaku sempat terbesit di hatiku, gelap, gersang begitulah keadaan jiwaku saat itu. Seperti bumi mengharap hujan karena kekeringan hatikupun begitu. Aku sebenarnya tahu kemana aku harus mengadu tetapi keegoisanku lebih bisa menguasaiku. Semakin hari aku semakin terpuruk. Air mata seolah seperti aliran sungai yang tak pernah terhenti samapai kelaut. Tiap saat berderai bila mengingat semua kepedihan.
Peluk dan nasehat ibu yang hanya terdengar lewat dunia maya akhirnya mampu menghangatkan jiwaku. Kelembutan dan kesabaranya mampu menghangatkan jiwaku. Seperti cahaya dalam gelap. Jalanku mulai terang. kesadaran mulai menyusupiku. Perlahan ku coba merenung akan semua yang terjadi. Tidak ada yang salah, aku sendiri yang pantas disalahkan. Selama ini aku terlalu sombong rupanya keangkuhanku membuat lilin yang menerangi hatiku padam. aahhhh bodohnya aku :-(.
Penyesalan mungkin tiada berarti tanpa adanya perubahan. Aku sering mengatakan bahwa aku menyesal setelah melakukan suatu kesalahan atau kecerobohan tetapi apa, pada akhirnya semua terulang. Aku bodoh bukan?. tapi tidak apa. Aku hanya berharap apa yang aku alami beberapa waktu terakhir ini semoga membuat aku bener bener sadar dan mengerti akan kehidupan. Semoga aku lebih bisa dewasa dalam menyikapi segala problematika yang akan selalu menyapaku setiap saat. Biarlah kebencian orang lain terhadap diriku akan ku jadikan sebagai tantangan untuk aku menjadi lebih baik setidaknya mencoba membenarkan anggapan mereka bahwa aku tidak seperti yang mereka kira mungkin memang belum seperti yang mereka harap tapi aku berusaha menjadi yang terbaik untuk diriku terutama.
Banyaknya orang orang yang memusuhiku entah karena apa yang aku sendiri tak tahu mungkin ini sebagai ujianku, perjuanagn untuk mencari jati diri tidak mudah memang. semoga aku tidak patah. Biarlah celaan, hinaan dan caci maki yang datang mengarah padaku akan aku jadikan sebagai cambuk dan sarana bagi aku untuk berubah menjadi lebih baik, mungkin ini adalah cara yang ada untuk agar aku mampu untuk mengoreksi diri.
Seorang sahabatku pernah menasehatiku dia mengatakan bahwa " Secara unik hidup adalah peristiwa belajar tumbuh dan berkembang dalam setiap celah dan ruangnya, bergerak menyatukan anasir bentukanya mencapai titik kulminasi kesempurnaan dalam setiap jejak nafas tersisa. Namun tetaplah bertahan, sebab kenikmatan sejati itu ada pada jalam keimanam " 
Aku menganggap hidup itu seperti lagu, aku di tuntut untuk sabar mendengar lirik lirik yang ada dan musik musik irama yang mengiringi hingga pada titik akhir dan akan berganti dengan lagu berikutnya. Kehidupan juga sebuah lukisan, dan lukisan yang aku miliki itulah goresan goresan yang aku lukiskan dalam setiap lembar lembar perjalananku. indah atau tidak semua karena aku. 
 
Dari sini, mulai detik ini aku akan melangkah, berdiri di kaki sendiri, hadapi halang rintang yang akan mencoba mematahkan semangatku. Aku akan membakar semangatku dengan sinar mentari yang terik Hingga nanti aku akan tetap bisa tersenyum di bawah teriknya yang menyengat pedas. Semangattt !!!! :-)

 

Sunday, June 5, 2011

Satu Minggu Tiga Bingkisan

Siapa yang tidak merasa bahagia kalau mendapat hadiah, Apalagi hadiah yang didapat dari hasil berkarya, bagaimanapun bentuknya hal itu sangatlah berharga. Bagaimanapun kualitas dan kuantitas apa yang kita hasilkan tetapi kalau ada suatu penghargaan rasanya pasti sangat PUASSSS.

Hari ini hari minggu seperti biasa aku libur. Sejak pagi hujan turun dengan derasnya, mataku semakin berat untuk di buka terlebih memang semalam aku sudah terlambat tidur. Dating yang sudah aku janjikan kepada teman membuatku untuk tetap bangkit dari tempat tidurku yang sepertinya masih berat untuk melepasku begitupun juga aku yang sebenernya masih pingin tidur :-).

Kubersihkan diri dan bersiap siap. T-shirt putih dengan bawahan jeans favoritku telah aku pilih semua yang mesti aku bawa seperti HP, kamera, dan Ipod mini kesayanganku sudah ku masukkan kedalam tas, ahaaayyy berangkat yukkkk.

Di antara rintik gerimis ku langkahkan kaki ini seirama melaodi dari ipod yang selalu menemaniku kemanapun aku pergi. Pagi ini aku berseri, pagi ini hatiku bernyanyi. alkhamdulillah MRT tidak begitu penuh mungkin karena hujan, akhirnya aku bisa duduk juga. Ku buka buku cerpen yang aku dapatkan sebagai hadiah dari bunda Pipit senja " Tuhan jangan Tinggalkan Aku "

Nah ini yang telah buatku bahadia dalam seminggu ini. Pada hari minggu lalu di Sekolah Indonesia Singapura di adakan Sharing seasion All Abaut Writing dengan Pipit Senja. pada acara tersebut bunda Pipit menantang peserta yang terdiri dari kami para BMI Singapura untuk mencoba menulis dalam waktu 20 menit dengan tema " Suara hati BMI ", dalam acara tersebut di pilih 4 tulisan yang bagus dan mendapat hadiah masing masih 1 buku novel True Story " Tuhan Jangan Tinggalkan Aku " karya bunda Pipit senja dan aku adalah satu di antara empat yang di pilih , asiiiiikkkkk rasanya senang aza meski hanya no tiga hehehehe.

Dua hari setelahnya aku mendengar artikle yang aku tulis dan aku kirimkan untuk ikut lomba yang bertema " Keadilan sosial " menang dalam sepuluh besar meski aku hanya di urutan sembilan tapi sungguh aku cukup puas karena aku menilai tulisanku belum apa apa masih acak kadul namanya juga baru bel;ajar hehehhe semoga aza semua buat aku lebih terpacu lahi, semoga !!!!.
Aahhh perjalanan sudah sampai rupanya. Sekolah Indonesia Singapura, bangunan megah yang masih berbau arsitek Indonesia banget yang setiap hari minggu di penuhi oleh banyakan BMI yang belajar bersama di sela masa cuti. Aku langsung menuju kantin. Tempat vavorit yang selalu ku tuju hehehe segera ku pesan semangkok bakso dan pisang goreng untuk menghangatkan badan...wuiiiih apalagi pas hujan rasanya nikmatttt bangett.

Tiba tiba seorang gadis berkerudung hitam datang menhampiriku " Anung " salam satu Admin " Aku Anak Rantau " Memberiku satu paket bingkisan. Setelah aku tanya itu bingkisan apa rupanya satu paket hadiah karena artikle yang iseng ku kirim ke " Aku anak rantau " yang mengambil tema " Peran PRT " Menang....ckckckck seneng rasanya. satu stell baju olahraga yang bertuliskan " Aku Anak Rantau" buku dan souvenir cihuuuuuyyy asik banget kaosnya kerenzz lagi :-)

Rasanya bahagia banget mendapatkan semua. semoga semua membuatku lebih bersemangan lagi. :-)


Wednesday, June 1, 2011

Di Mana (Sila) Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

13059887591784829277
Perbedaan kondisi subcultural yang sangat ekstreme menjadi pemisah antara kenyamanan dan ketidaknyamanan, kemapanan dan ketidak mapanan. Jurang yang selama ini kita bayangkan begitu lebar dan dalam ternyata dapat hadir dalam bentuk yang lain dan sangat menyedihkan.

13059888301287772168

Masih adakah keadilan di muka bumi ini? masih adakah keadilan di tanah pertiwi ini? mana dan dimana?.
1305988870401931553

Terlihat aneh bangsa ini. Indonesia yang kaya raya tetapi kenapa masih tetap miskin. Indonesia yang sejatinya berlimpah harta kekayaanya di saeluruh pelosok nusantara tapi kenapa kekurangan masih meraja lela. Indonesia yang alamnya subur banyak menghasilkan pangan tetapi mengapa masih juga terjadi kelaparan di mana mana.
1305988904976512876

Lihatlah mereka para keluarga yang terpaksa tinggal di kolong jembatan, anak anak bangsa yang terpaksa tidak sekolah dan harus meminta minta di lampu merah, Mereka yang tidur di trotoar trotoar menghindari panas dan hujan.
13059889381654093232

Tetapi……
Lihatlah mereka yang disana. Mereka yang duduk di Singgasananya. Mungkin sebenarnya mata mereka melihat pada kita semua yang di bawah yang penuh derita tapi hati mereka mungkin telah tertutup oleh ketamakanya. Mereka semua lupa pada kita “Rakyat” yang mengantarkanya kesana. Mereka lupa Pesan dan amanat rakyat yang mesti di jalankanya. Mereka lupa tujuan dan janji janjinya semula.Entah sampai kapan mereka semua terlena.
Mari semua kita sebagai anak bangsa, mari eratkan genggaman. Mari eratkan ikatan jiwa dan kokohkan ketulusan hati. Padukan akal dan fikiran yang paling tinggi hingga kita semua mendapat keadilan tanpa ada perbedaan subcultural.

Di Manakah Makna Butir Butir Pancasila Sekarang

Tanggal 1 Juni, bagi bangsa indonesia adalah salah satu tanggal bersejarah dimana pada waktu itu 1 Juni 1945 Pancasila terlahir atas gagasan yang di sampaikan oleh Ir.Soekarno. Adapun butir butir Pancasiala yang di sampaikan Ir.Soekarno adalah :
1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme - atau perikemanusiaan
3. Mufakat- atau demokrasi
4. Kesejahteraan sosial
5. Ketuhanan yang berkebudayaan

Kelima butir pancasila tersebut sangatlah berbeda urutanya dengan butir butir pancasila yang menjadi dasar negara Indonesia saat ini yaitu :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradap
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia

Pancasila di sahkan sebagai dasar negara Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945, yaitu sehari setelah proklamasi kemerdekaan indonesia. Pancasila juga tersirat pada alinea ke 4 UUD 1945 .

Bagaimana perkembangan Pancasila dalam kehidupan sehari hari? 
Dalam kehidupan sosial apalagi saat ini Pancasila yang di jadikan sebagai dasar negara sepertinya semua itu hanyalah lambang tetapi tidak ada penerapanya. Dari kelima butir butirnya hampir semua tidak bisa direalisasikan. Indonesia semakin bobrok bahkan di mata rakyatnya sendiri. 
 
Siapa yang mesti disalahkan? Pemerintah? Rakyat?

Menyimak butir ke-5 pancasila " Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia ", apakah butir itu tampak terealisasi ? tidak. Dimana keadilan itu? Lihatlah kesana, di luar sana keadilan tidak ada sama sekali. Mereka yang berkuasa lupa diri, Lupa aan titahnya sebagai wakil rakyat, lupa pada tanggung jawab bagaimana memajukan negeri. Mereka semua terlena hingga tangis rakyat di jadikan sebagai irama merdu yang menghibur mereka. Sungguh ironis.

Perbedaan kondisi subcultural yang sangat ekstreme menjadi pemisah antara kenyamanan dan ketidaknyamanan, kemapanan dan ketidak mapanan. Jurang yang selama ini kita bayangkan begitu lebar dan dalam ternyata dapat hadir dalam bentuk yang lain dan sangat menyedihkan. 
 
Yang menjadi persoalan saat ini adalah bagaimana agar Pancasila mampu di terapkan pada kehidupan sehari hari oleh seluruh individu terutama para pejabat pemerintahan atau elit politik agar bisa lebih konsisten pada nilai nilai Pancasila agar mampu mencapau tujuan dan cita cita nasional. Bukan hanya memperingati hari besarnya tetapi mengabaikan nilai nilai yang tersirat didalamnya.