Thursday, July 21, 2011

Di Ujung Galau (Pesan Misterius)

13112319521542906051
Hari Minggu. Tidak seperti hari minggu biasanya hari ini aku sangat malas beranjak dari kamarku yang pengap. Sinar mentari yang menerobos melalui celah jendela kamarku tidak juga bisa mengusir rasa malasku. Tubuhku terasa sangat berat dan mataku terasa lekat meski tidak juga mau terpejam. Mungkin lelah karena semalaman menangis.
Hatiku seperti teriris membaca pesan singkat yang aku terima dari nomor yang sama sekali aku tidak kenal. Entah siapa dia dan apa tujuanya mengirim pesan seperti itu kepadaku. Apakah memang benar isi pesan itu atau hanya seseorang yang ingin memancing emosiku akupun tidak tahu pasti. Yang pasti pesan itu sungguh bisa membuat hatiku perih.
“ Tinggalkan Rony! Atau kamu akan menyesal! Dia adalah milikku, dan hanya untukku. Dia tidak akan pernah menikahimu, karena tidak lama lagi Dia akan menikah bersamaku. Camkan itu, gadis Dungu!”
Hatiku sakit dan perih. Tidak kuminta tidak kucipta air mata menjadi rinai menemaniku sepanjang malam hingga ku terlelap karena kelelahan.
(*)
“Shelly! bangun sayang, sudah siang, ayuk temenin tante ke pasar!” Suara tante Fitri menyentakku dari lamunan.
“Iya tante sebentar,” aku beranjak dan segera membersihkan diri, mandi agar terlihat segar berharap tante Fitri tidak akan mengetahui bahwa aku habis menangis.
“Tante aku tunggu disini saja ya, malas nih ikut kedalam.”
“Ya sudah tante kedalam sendiri. Tungguin disini jangan kemana-mana!” tante Fitri bergegas masuk kepasar. Aku sendiri duduk di Sepeda motor di area parkeir. Pandanganku menyapu sekeliling. Banyak kendaraan bermotor berjajar, orang-orang lalu lalang dengan aktifitasnya masing –masing.
“Non Shelly kan?” satu suara mengagetkanku. Tanganya menepuk bahuku hingga hampir membuatku terjatuh. “kapan pulangnya? Katanya liburan ke Singapura?”
“Pak RT, ngagetin saja” kataku sembari melotot kearah pak RT “ sudah kembali tiga hari yang lalu pak RT,” lanjutku.
“Trus oleh-oleh pesanan pak RT untuk bu RT tidak lupakan?” tanya pak RT sambil mengedipkan matanya yang genit.
“Ada, nanti sore dech Shelly anterin sekalian pingin ketemu bunda Selsa sudah lama tidak berjumpa Shelly kangen.”
“ Iya, nanti sore bapak tunggu sekalian nanti di kenalin sama seseorang.”
“Seseorang siapa tuh pak RT?”tanyaku penasaran.
“Ada deh. Pokoknya pasti Shelly suka. Dia itu cool, cuek, gesit dan tentunya…..”
“Bau karena jarang mandi. Iyakan pak RT?” sahutku memotong kata-kata pak RT.
“lho, kok Shelly sudah tahu. Gimana Shelly sukakan? Nanti bapak kenalin.”
“ Ah, Shelly sudah tahu siapa dia.” Jawabku sewot “ Mas reporter kan?”lanjutku.
“Dia kan sesuai dengan kriteria yang Shelly mau?”
“Ah siapa bilang?”
“Lho, kan….?”
“Pak RT, bapak kan tahu Shelly itu orangnya setia. Shelly sekarang sudah bertunangan pak RT. Meskipun tidak tahu bagaimana nanti akhirnya tapi aku akan tetap bertahan kecuali dia yang memutuskan ikatan itu.” Terangku dengan suara yang melemah.
Tiba-tiba peristiwa semalam kembali menyelinap dalam fikiranku. Kata-kata dalam pesan singkat itu membuatku gundah. Aku tidak bisa membayangkan seandainya itu benar-benar terjadi.
“Seandainya. Ini seandainya lho ya Roni tunangan Shelly itu meninggalkan Shelly dan menikah dengan orang lain bagaimana?” pertanyaan pak RT membuatku tersentak. Aku menatap pak RT dalam-dalam. Bagaimana bisa apa yang dia sampaikan sama dengan kata-kata dalam pesan misterius itu.
“ Lho kok malah mau nangis? Kan pak RT cima bilang seandainya.”
“ Hikz. Pernyataan pak RT membuat Shelly takut. Shelly teramat menyayangi mas Roni pak RT.”
“ Iya tahu tapi kamu juga mesti memikirkan kemungkinan buruk itu lho”
“iya sih. Ya kalaupun itu terjadi Shelly akan mencari ganti. Kan ada tuh pemuda pendatang baru di desa ini pak RT. Dia juga kelihatanya cool, cuek, gesit dan sedikit playboy gitu deh.” Jawabku sambil tertawa.
Di tengah-tengah obrolanku dengan pak RT tiba-tiba tante Fitri datang dengan barang belanjaanya.
“Mbak Fitri belanjanya banyak banget seperti mau selamatan saja” tanya pak RT basa basi.
“Iya ni pak RT. Biasa hari Minggu semua ngumpul di rumah,” jawab tante “pak RT lagi sendirian?” lanjut tante
“Enggak, itu nganterin nyonya belanja juga. Katanya mau bikin semur Jengkol.” Jawab pak RT sambil tertawa.
“Pak RT kami duluan ya! Sudah siang kasihan anak-anak tadi belum sarapan.” Tante Fitri berpamitan.
Ku starter sepeda motor Mioku membonceng tante Fitri dengan segunung barang belanjaanya. Menyusuri jalanan sepanjang desa Rangkat. Saat melewati pos ronda aku melihat mas Roni bersama seorang gadis entah siapa. Ku coba menyembunyikan semua dari tante dan akhirnya aku hanya membunyikan bel Mioku, tanpa berhenti menyapanya.
Bersama putaran roda sepeda Mioku, hatiku terus bertanya. Aku terus berfikir siapakah dia. Siapa gadis itu. Apakah pesan yang aku terima tadi malam itu benar-benar akan terjadi. Aku mendengus dan menggeleng. Biarlah waktu yang akan menjawab.

No comments: