Friday, July 22, 2011

Cintamu Seperti Kentut

13113075001239375425
“Hi Cantik” suara itu terdengar lantang di telingaku, “Selamat pagi,”lanjutnya.
Sejenak aku menghentikan langkahku tanpa menoleh kebelakang dimana arah suara itu di dengar telingaku. Aku bergegas melanjutkan langkah menuju balaidesa Rangkat.
“Cantik, tunggu!” terdengar seseorang sedikit berlari mengejarku.
Aku menghentikan langkahku dan menoleh kearahnya. Sosok laki-laki ganteng sudah berdiri di depanku. Aku tidak mengenalnya. Mungkin dia salah satu warga baru di desa ini.
“Maaf, kamu siapa ya?”aku mengeryitkan keningku sesaat, “baru sekarang sepertinya aku melihatmu. Kamu warga baru?”tanyaku penasaran.
“Oh Iya! Kenalin aku Johan,” dia mengulurkan tanganya menyalamiku “teman-teman disini biasa memanggilku Tegar.”lanjutnya.
“Aku Shelly,” jawabku singkat menyambut uluran tanganya dan bersalaman.
Memang tanganya sangat halus seperti kapas, wajahnya tampan. Aku yakin semua gadis Rangkat akan menggandrunginya kalau memang tidak pandai menjaga hatinya. Mungkin ini dia akan menjadi salah satu penerus bang Lala yang sudah pensiun tebar pesona karena menikah.
“Shelly mau kemana kok kelihatanya buru-buru?”tanyanya basa-basi.
“Mau bikin KTP ke balai desa. KTPku hilang waktu kemarin liburan ke Singapura.”
“Wah kita searah. Kita barengan ya!?”
“Kamu mau kebalaidesa?”
“Iya mau mengambil KTP juga kemarin sudah buat.”
“oh, ayuk!.”
Akhirnya aku jalan berdua bersama Johan Tegar sama-sama ,menuju balaidesa. Sepanjang perjalanan Johanlah yang banyak bicara. Aku hanya terkadang menimpali celotehnya dengan sepatah kata. Sepertinya memang dia seorang yang suka menggombal.
Baru beberapa menit mengenalku sudah berani melayangkan rayuan maut dari pulau kelapanya. Kata-kata manis terus mengalir seperti aliran kali Rangkat. Kata-kata puitis di suguhkanya seolah sang pujangngga.
Seketika aku menghentikan langkahku ketika telingaku menagkap suaranya mengutarakan keinginan gilanya itu. Rasanya aku ingin marah, tetapi sulit.
“What!, coba ulangi barusan kamu ngomong apa?” aku melotot menatapnya tak percaya.
“Cantik, kita kencan yuk!”
“Kencan sama mbahmu sana!”jawabku sewot.
“Kok marah sih, galak amat.”
“Eh, sudah berapa banyak gadis Rangkat yang menjadi rayuan gombalmu itu?”
“Ih, Tegar nggak nggrayu kok, serius! Swer kewer-kewer,” dia mengacungkan dua jarinya ke samping telinganya hingga menyerupai telinga kelinci.
“Halah, paling juga cintamu seperti kentut kamu saja.”
“Ha ha ha ha,,,,kamu lucu juga. Kok bisa maksud Shelly gimana itu?”
“Iya kalau kamu penasaran sama seseorang kamu akan melakukan apa saja biar bisa meluahkan karena kamu tidak bisa menahanya. Trus setelah semua kamu sampaikan apalagi kalau semua sudah kamu dapatkan terutama kesenangan kamu akan lega dan tidak penasaran,”jelasku panjang lebar.
“Trus apa hubunganya sama kentut?”
“Ada.”
“ Iya apa? bikin penasaran saja.”
“Kentut itu bau, semua orang tidak menyukainya tetapi memang perlu untuk mengeluarkanya. Dan orang lain memang tidak bisa melarang orang kentut termasuk aku tidak bisa melarang kamu kentut saat ini, sudah ngerti?”
“Belum.” Dengan muka blo’on nya Tegar menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatel karena bingung.
“Hmmm, maksudnya barusan itu kamu juga kentut mengumbar kata-kata manis yang basi dan tak bermutu di depanku. Aku tak perlu itu. Aku sudah punya tunangan. Camkan itu!” aku melotot “ satu lagi, nanti sekalian kamu minta di buatin Kartu Tanda Bebas Pacaran sama bu kades jangan hanya KTP saja!”
Tegar terlihat melongo mendengar penjelasanku terakhir. Hanya geleng-geleng kepala melihat aku berlalu meninggalkanya di halaman balai desa. Sejurus kemudia dia setengah berlari mengikutiku masuk menemui bu Kades untuk mengurus KTP sekaligus mengambil KTP Tegar yang sudah jadi.

Thursday, July 21, 2011

Dahsyatnya puber ke-2

Semburat jingga mulai terlihat di sisi barat, keindahan mulai tersaji indah di puncak gunung naras yang terletak sangat dekat dengan Desa Rangkat. Aku tertegun menikmatinya, tak berkedip mata memandangnya. Seketika anganku melayang mengingat saat senja di pantai Rangkat beberapa hari yang lalu. Kini aku merindukanya.
Segera aku terhenyak. Aku teringat bahwa aku sudah janji dengan pak RT untuk pergi kerumahnya mengantar pesananya sekaligus mengunjungi bunda Selsa yang katanya sedang tidak enak badan. Ku ambil bungkusan yang memang sudah kusiapkan untuk bunda Selsa. Setelah berpamitan dengan tante Fitri aku melangkah pergi menuju rumah pak RT.
Aku berjalan menuju rumah pak RT yang terletak di ujung dekat kali Rangkat. Sepanjang perjalanan aku gelisah memikirkan apa yang sedang di rasakan hatiku. Mungkin hanya aku dan Tuhanlah yang tahu kegalauan ini. Tidak juga Dia. Buktinya tak ada satupun kabar darinya. Jangankan bertandang, smspun tidak juga kuterima.
“Shelly!” satu suara mengagetkanku.
Sejenak aku terdiam, mataku melotot seolah tak percaya dengan apa yang aku lihat didepanku. Sesosok lelaki dengan pakaian yang superkeren layaknya anak ABG. Kemeja hitam bermotif garis putih lengan pendek dipadu dengan jeans serta sepatu yang disemir hitam mengkilap, rambutnya disemir hitam legam di sisir sedemikian rupa, bau parfumnya sungguh menggoda selera wanita. Benar-benar sempurna untuk ukuran anak muda yang ingin bermalam minggu kerumah sang juwita.
“Shelly! Halooowww!” tangan lelaki itu melambai lambai di depan mataku mungkin karena melihatku  aku bengong memandanginya.
“Pak RT!?”aku terperanga “mau kemana?”lanjutku keheranan
“Shelly biasa saja dong lihatnya. Kenapa? Pak RT kelihatan keren banget ya?” tanya pak RT dengan tingkah genitnya.
“Idih, pak RT mau kemana sih dandan kaya anak SMA saja.”
“Yeeee, sekali-kali boleh dong pak RT tampil begini. Nih lihat gagah kan-gagahkan?”dengan pose berlagak wahnya pak RT membanggakan dirinya.
“Ah, pak RT ada-ada saja. Trus ini mau kemana?”tanyaku penasaran,” Shelly mau kerumah ni.”
“Iya Shelly kerumah saja bunda ada kok. Ini bapak mau nonton di bioskop Rangkat kan lagi tayang tu film apa tuh yang harry-harry itu apa sih?”
“Harry Potter”
“Ya itu. Pak RT mau nonton itu sama kawan. Eh nanti jangan bilang-bilang sama bunda ya.Janji! jangan sampai keceplosan!”
“Memang kenapa?”
“Bunda sengaja tidak bapak ajak. Bapak ada janji sama kawan.lagian bunda kamu itu lho aduh!”
“Kenapa sama bunda?”
“Yan anti kamu ngobrol sendiri sama bundalah. Ini bapak mau buru-buru kawan dah nunggu disana”
“Ya sudah pak RT jalan Shelly langsung kerumah.”
Aku hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah pak RT yang sangat lain dari biasanya. Mungkin inilah yang dinamakan puber kedua. Luar biasa memang.
(**)

Di teras rumah pak RT terlihat bunda Selsa sedang duduk sendiri sambil membaca buku. Dia terlihat asik membolak-balik halaman buku yang di bacanya.
“Bunda! Assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam, Shelly tumben main kesini ayuk masuk.” Bunda beranjak dan membukakan pintu pagar untukku.
“Lho katanya lagi liburan ke Singapore kapan pulangnya?”
“Sudah tiga hari yang lallu bunda,” aku mengekor mengikuti bunda “ Bunda lagi ngapain?”
“Ini lagi santai saja habis mahgrib tadi, pak RT katanya mau pergi ke rumah pak RW katanya ada rapat mau bikin acara untuk Ramadhan.”
“Owh githu ya bund?” aku heran mendengar jawaban bunda Selsa. Pak RT memang bener-bener, sampai-sampai dia berbohong untuk rapat padahal mau dating nonton di bioskop Rangkat.
“Bunda kok kelihatan lemes begitu memang kenapa bund? Bunda sakit? Kemaren dengar dari tante Fitri katanya sepulang bunda dari Bali sakit perut sudah baikan?
“Sudah sayang. Kemaren sudah di buatkan jamu juga sama si Devi”
“Bunda, Shelly mau tanya kabar yang Shelly dengar bunda di Bali punya simpanan itu tidak benarkan?”
“Ya tidaklah sayang. Bunda itu kan setia sama pak RT. Bertahun tahun bunda mendampingi pak RT Cuma memang akhir-akhir ini pak RT sikapnya keterlaluan sering memancing emosi bunda makanya kemaren bunda berlibur ke Bali dengan harapan bisa sedikit tenang dan pak RT bisa berubah. Tetapi nyatanya pak RT tetap sama saja” suara bunda Selsa kian melemah.
Tersirat kesedihan dalam suaranya. Tatapan mata bunda seolah layu. Ada suatu kekawatiran yang dirasakan dan itu mungkin hanya bunda Selsalah yang bisa merasakanya.
“Ya sudah bunda sabar ya!” hiburku sambil memeluk bahu bunda.
“Terimakasih ya sayang,” bunda Selsa tersenyum dan menciumku.
“Bunda, tau tidak bun pak RT tu sayang banget sama bunda?”
“Bagaimana Shelly tahu?”
“Nich! Pak RT nitip untuk di belikan ini dari Singapore dan special buat bunda,” aku menyerahkan bingkisan yang ku bungkus cantik seperti kado dengan balutan dan hiasan yang indah.
“Ini apa sayang?”
“Ah, nanti kalau bunda buka pasti bunda suka. Warna dan ukuran itu pak RT yang menentukan pasti bunda suka.”
“Wah, tidak biasanya pak RT baik dan perhatian begitu.” Bunda Selsa terlihat sumringah. Wajahnya berbinar binary seperti bulan purnama. Mendung yang tadinya menurupi cerahnya kini tersibak menjadi binary yang indah.
“Makanya bunda, mulai sekarang bunda mesti tampil segar. Kalau bisa nih bund rutin pergi senam kebugaran biar badan tetap selalu fit. Trus ka nada Devi. Minta dia buatin jamu kesegaran buat wanita, jangan beras kencur saja!”
“Iya sayang makasih ya masukanya.”
Aku mengangguk dengan senyum lega. Kini bunda Selsa sudah kembali seperti semuala. Tidak murung lagi. Tidak sedih lagi. Semoga setibanya pak RT kerumah nanti dia akan mendapati bunda Shelsa yang baru. Yang selalu bergairah dan tampil segar.
Setelah berpamitan aku melangkah pulang. Aku sedikit ragu ketika akan melewati pos Ronda. Kelihatanya lagi ramai. Muda-mudahan tidak ada mas Roni disana. Sungguh hatiku belum sanggub rasanya untuk bertemu denganya..

Di Ujung Galau (Pesan Misterius)

13112319521542906051
Hari Minggu. Tidak seperti hari minggu biasanya hari ini aku sangat malas beranjak dari kamarku yang pengap. Sinar mentari yang menerobos melalui celah jendela kamarku tidak juga bisa mengusir rasa malasku. Tubuhku terasa sangat berat dan mataku terasa lekat meski tidak juga mau terpejam. Mungkin lelah karena semalaman menangis.
Hatiku seperti teriris membaca pesan singkat yang aku terima dari nomor yang sama sekali aku tidak kenal. Entah siapa dia dan apa tujuanya mengirim pesan seperti itu kepadaku. Apakah memang benar isi pesan itu atau hanya seseorang yang ingin memancing emosiku akupun tidak tahu pasti. Yang pasti pesan itu sungguh bisa membuat hatiku perih.
“ Tinggalkan Rony! Atau kamu akan menyesal! Dia adalah milikku, dan hanya untukku. Dia tidak akan pernah menikahimu, karena tidak lama lagi Dia akan menikah bersamaku. Camkan itu, gadis Dungu!”
Hatiku sakit dan perih. Tidak kuminta tidak kucipta air mata menjadi rinai menemaniku sepanjang malam hingga ku terlelap karena kelelahan.
(*)
“Shelly! bangun sayang, sudah siang, ayuk temenin tante ke pasar!” Suara tante Fitri menyentakku dari lamunan.
“Iya tante sebentar,” aku beranjak dan segera membersihkan diri, mandi agar terlihat segar berharap tante Fitri tidak akan mengetahui bahwa aku habis menangis.
“Tante aku tunggu disini saja ya, malas nih ikut kedalam.”
“Ya sudah tante kedalam sendiri. Tungguin disini jangan kemana-mana!” tante Fitri bergegas masuk kepasar. Aku sendiri duduk di Sepeda motor di area parkeir. Pandanganku menyapu sekeliling. Banyak kendaraan bermotor berjajar, orang-orang lalu lalang dengan aktifitasnya masing –masing.
“Non Shelly kan?” satu suara mengagetkanku. Tanganya menepuk bahuku hingga hampir membuatku terjatuh. “kapan pulangnya? Katanya liburan ke Singapura?”
“Pak RT, ngagetin saja” kataku sembari melotot kearah pak RT “ sudah kembali tiga hari yang lalu pak RT,” lanjutku.
“Trus oleh-oleh pesanan pak RT untuk bu RT tidak lupakan?” tanya pak RT sambil mengedipkan matanya yang genit.
“Ada, nanti sore dech Shelly anterin sekalian pingin ketemu bunda Selsa sudah lama tidak berjumpa Shelly kangen.”
“ Iya, nanti sore bapak tunggu sekalian nanti di kenalin sama seseorang.”
“Seseorang siapa tuh pak RT?”tanyaku penasaran.
“Ada deh. Pokoknya pasti Shelly suka. Dia itu cool, cuek, gesit dan tentunya…..”
“Bau karena jarang mandi. Iyakan pak RT?” sahutku memotong kata-kata pak RT.
“lho, kok Shelly sudah tahu. Gimana Shelly sukakan? Nanti bapak kenalin.”
“ Ah, Shelly sudah tahu siapa dia.” Jawabku sewot “ Mas reporter kan?”lanjutku.
“Dia kan sesuai dengan kriteria yang Shelly mau?”
“Ah siapa bilang?”
“Lho, kan….?”
“Pak RT, bapak kan tahu Shelly itu orangnya setia. Shelly sekarang sudah bertunangan pak RT. Meskipun tidak tahu bagaimana nanti akhirnya tapi aku akan tetap bertahan kecuali dia yang memutuskan ikatan itu.” Terangku dengan suara yang melemah.
Tiba-tiba peristiwa semalam kembali menyelinap dalam fikiranku. Kata-kata dalam pesan singkat itu membuatku gundah. Aku tidak bisa membayangkan seandainya itu benar-benar terjadi.
“Seandainya. Ini seandainya lho ya Roni tunangan Shelly itu meninggalkan Shelly dan menikah dengan orang lain bagaimana?” pertanyaan pak RT membuatku tersentak. Aku menatap pak RT dalam-dalam. Bagaimana bisa apa yang dia sampaikan sama dengan kata-kata dalam pesan misterius itu.
“ Lho kok malah mau nangis? Kan pak RT cima bilang seandainya.”
“ Hikz. Pernyataan pak RT membuat Shelly takut. Shelly teramat menyayangi mas Roni pak RT.”
“ Iya tahu tapi kamu juga mesti memikirkan kemungkinan buruk itu lho”
“iya sih. Ya kalaupun itu terjadi Shelly akan mencari ganti. Kan ada tuh pemuda pendatang baru di desa ini pak RT. Dia juga kelihatanya cool, cuek, gesit dan sedikit playboy gitu deh.” Jawabku sambil tertawa.
Di tengah-tengah obrolanku dengan pak RT tiba-tiba tante Fitri datang dengan barang belanjaanya.
“Mbak Fitri belanjanya banyak banget seperti mau selamatan saja” tanya pak RT basa basi.
“Iya ni pak RT. Biasa hari Minggu semua ngumpul di rumah,” jawab tante “pak RT lagi sendirian?” lanjut tante
“Enggak, itu nganterin nyonya belanja juga. Katanya mau bikin semur Jengkol.” Jawab pak RT sambil tertawa.
“Pak RT kami duluan ya! Sudah siang kasihan anak-anak tadi belum sarapan.” Tante Fitri berpamitan.
Ku starter sepeda motor Mioku membonceng tante Fitri dengan segunung barang belanjaanya. Menyusuri jalanan sepanjang desa Rangkat. Saat melewati pos ronda aku melihat mas Roni bersama seorang gadis entah siapa. Ku coba menyembunyikan semua dari tante dan akhirnya aku hanya membunyikan bel Mioku, tanpa berhenti menyapanya.
Bersama putaran roda sepeda Mioku, hatiku terus bertanya. Aku terus berfikir siapakah dia. Siapa gadis itu. Apakah pesan yang aku terima tadi malam itu benar-benar akan terjadi. Aku mendengus dan menggeleng. Biarlah waktu yang akan menjawab.

Monday, July 18, 2011

Kecurigaanku pada R-82 Berakhir di Senja Pantai Rangkat

13109582791078199794
R-82
Suara merdu dari artis Bunga Citra Lestari lewat lagunya Karena Ku Cinta Kau, selalu menemaniku saat ku buka PC tuaku. Entah mengapa aku begitu suka mengdengar lirik-lirik lagu yang di berikanya. Memang bagus atau karena CD dari lagu itu di berikan sama orang yang special aku tidak mengerti dengan jelas. Yang pasti hatiku merasa tentram saat mendengarkanya.
Malam ini masih seperti malam-malam sebelumnya, sunyi tetapi tetap menyenagkan. Kerlip bintang yang bertabur sinar rembulan tampak jelas di langit Rangkat. Hampir setiap malam suasana langit Rangkat tampak indah, seindah kebersamaan antar warga rangkat yang terlihat jelas setiap saat apalagi setiap malam suasana pos ronda selalu meriah dengan canda tawa warga yang sedang bertugas.
“Shel…, kamu itu apa tidak merasa jenuh dan bosan akhir-akhir ini tante perhatikan kamu selalu berada di depan computer. Apa kamu tidak mau sekedar jalan-jalan mumpung lagi cuti kerja?” suara tante Fitri yang tiba-tiba mengagetkanku.
“Ah, tante ngagetin saja,” jawabku singkat.
“Apa si Roni tidak tahu kamu cuti? Kok dia tidak pernah main kesini ataupun mengajak kamu jalan-jalan.”
“ Hehehe, tante ini kaya kami ini anak SMA saja kemana-mana harus jalan berdua.”
“Ya bukan begitu tetapi dalam sebuah hubungan itu meluangkan waktu untuk berdua itu juga penting demi kelangsungan hubungan itu sendiri,” terang tante Fitri.
“ Iya tante, kami tahu. Tetapi kan tante tahu sendiri kami sama-sama sibuk. Mas Roni kan orang yang super sibuk di dunia maya maupun di dunia nyata ini, kayak tante tidak tahu bagaimana dia saja.” Jawabku sambil terus memainkan jemariku di atas keyboard PC tuaku.
“Ya tetapi masak sesibuk apapun tidak ada waktu untuk kalian bisa berdua meski hanya minum kopi berdua?” ucap tante dengan nada sedikit sewot dan beranjak pergi meninggalkanku
Aku hanya geleng-geleng kepala menanggapi keresahan tanteku itu. Tante Fitri memang sayang banget sama aku. Dia terlalu khawatir tentang hubunganku dengan mas Roni. Sejenak kuhentikan aktifitas jemariku dan beranjak menuju teras rumah untuk melihat indahnya kerlip bintang yang memenuhi hamparan cakrawala malam ini.
Bagaimanapun aku berusaha bersikap tenang dan tetap berfikir positif terhadap apapun berita yang terdengar oleh telinga ini, tetapi aku tidak bisa memungkiri kekawatiran tante Fitri membuat hatiku sedikit galau. Memang benar semenjak pertunangan waktu itu sepertinya baru sekali mas Roni berkunjung kerumah dan mengajakku jalan-jalan menikmati hari berdua.
Mendung yang tiba tiba iri pada keindahan langit yang bertabur bintang tiba-tiba mulai meradang. Sebagian langit rangkat tertutup mendung. Sepertinya akan hujan. Seperti hatiku yang mulai dilanda keresahan. Beribu tanya kini menyelinap dalam fikiranku. Sepertinya aku mulai memiliki sedikit kecurigaan.
Ku raih ponsel buntut dari saku celanaku. Aku tidak bisa memendam kegalauan ini begitu lama. Aku juga tidak mau memendam kecurigaan tanpa alasan terlebih pada orang yang selama ini aku percaya dan dekat dengan diriku. Aku tahu siapa mas Roni. Meskipun gayanya slengehan tetapi dia bijaksana dan bisa mengambil sikap dewasa dalam setiap permasalahan yang terjadi selama ini atas hubungan kami berdua.
“ Assalamualaikum. Mas apa kabar? Pasti sibuk banget ya sampai tidak pernah memberi kabar. O iya, kalau ada waktu main kerumah yam mas itu tante Fitri nanyain terus sampai bingung Shelly menjawabnya. Shelly tidak mau nanti malah tante curiga yang tidak-tidak sama mas.” Segera ku tekan tombol send setelah ku ketik pesan singkat dari ponsel buntutku dan terkirim.
Tidak sampai lima menit ponsel buntutku berbunyi sebagai tanda satu pesan masuk di terima. Sms balasan dari mas Roni. “Waalaikumsalam. Mas baik saja, Shelly sehatkan?. Iya akan mas usahakan main kesana pas nanti ada waktu luang. Maafin mas akhir-akhir ini mas terlalu sibuk dengan pekerjaan mas. Mas yakin kamu bisa memakluminya. Hmmm kalau ada kekhawatiran ataupun sedikit kecurigaan kamu dengerin saja satu lagu dari CD yang waktu itu mas berikan pada Shelly. Shelly pasti tahu lagu yang mana satu,” aku tersenyum geli membaca pesan balasan dari dia. Segera ku beranjak masuk rumah karena kecurigaanku yang tanpa alasan setidaknya sudah terjawab.
Hari Minggu yang indah. Udara pagi ini begitu segar. Kicauan burung bersautan terdengar saat ku buka jendela kamarku. Terlihat kupu-kupu dengan corak yang sangat indah seolah menari-nari memamerkan keindahanya dengan terbang dan sesekali hinggap pada bunga melati yang ada di depan kamarku.
“Shelly, hari ini tante sama om juga adik-adik mau kerumah nenek di desa sebelah dan kemungkinan malam kami baru pulang, kamu jaga rumah baik-baik ya,” suara tante mengagetkanku. Aku segera beranjak keluar kamar dan menhampirinya di dapur.
“Iya tante. Salam saja buat eyang ya. Maaf Shelly belum sempat nengokin eyang. O ya tante. Nanti sore shelly boleh pergi kepantai ya, sebentar kok gak sampai malam. Boleh ya tante.”
“Mau pergi sama Roni?”
“Enggak tante mas Roni bilang lagi sibuk, mungkin nanti kalau sudah ada waktu dia baru akan berkunjung kesini. Shelly pergi sendiri saja.”
“Ya sudah kalau begitu. Tapi hati-hati dan jangan pulang malam-malam. Sudah ini kami mau segera berangkat.” Jawab tante Fitri seraya berpamitan.
*@*
Aku melangkah menyelusuri pantai laut Rangkat. Senja yang indah. Mungkin lebih indah seandainya ada dia menemaniku disini. Aku mendengus menarik nafas dalam dalam dan membuangnya perlahan. Aku tersenyum menikmati indahnya senja di pantai Rangkat kali ini. Sore ini benar-benar sangat nyaman. Di pantai tidak terlalu banyak pengunjung. Saya mengambil tempat untuk duduk menikmati keindahanya di sudut pantai yang hanya terlihat beberapa orang yang sedang memancing.
Tidak tampak ada kelelahan di wajah mereka tetapi sebaliknya. Mungkin karena memang sebuah kesenangan mereka terlihat dengan sabar dan telaten menunggui seekor ikan mau memakan umpanya. Disaat mereka tahu umpanya mendapat sasaran wajah mereka terlihat berbinar seolah merasa mendapat kemenangan yang luar biasa.
Pandanganku kembali menyapu keindahan senja sepanjang laut Rangkat. Di ujung barat mulai terlihat jingga senja yang merona indah. Memang semua orang menyukai keindahan senja yang terlihat di laut rangkat ini. Aku semakin larut dalam keindahanya. Hati dan fikiranku seakan menyatu. Tidak ada sedikitbun beban kurasakan. Semua masalah sirna terbawa ombak dan di hempaskan pada karang di tengah sana.
1310958899605881528
Foto Doc. Pribadi (Suasana pantai East Cost Singapura)
Dalam keheningan tiba-tiba seseorang mengagetkanku. Tangan yang kekar itu dengan hangat merangkul pundakku dan terlihat sosok yang saat ini aku rindukan sudah duduk disampingku. Aku hanya diam mengernyitkan dahiku karena heran.
“ Senja yang indah ya!” katanya singkat. Aku tidak menjawab dan hanya menatapnya heran.
“Kok, diam saja?” lanjutnya heran.
“Kok mas tiba-tiba datang tidak memberitahu, darimana mas tahu Shelly ada disini?” tanyaku seraya tersenyum tidak percaya.
“ Tadi saya kerumah tetapi tidak ada orang, menghubungi ponsel kamu tidak dijawab, trus saya hubungi tante katanya kamu pergi ke sini makanya saya langsung menyusul kesini. Sudah lama ya?”
Mendengar penjelasanya aku hanya tersenyum. Sejenak kami saling berpandangan dan tersenyum bersama. Lenganya semakin hangat memeluk bahuku. Kusandarkan kepalaku di bahunya. Mataku terpejam. Menikmati segala keindahan yang aku rasa senja ini. Jantungku berdegub semakin kencang ketika kurasakan genggaman tanganya menggenggam erat tanganku.
Seperti ombak yang ingin selalu membelai pantai. Rasanya aku tidak mau senja ini berakhir. Aku ingin menghempas semua kerinduan yang selama ini aku rasakan. Aku ingin selalu berada dalam keindahan seperti senja ini.

Thursday, July 14, 2011

Tragedi Pernikahan Jingga

13088376611747937845
Hari demi hari telah terlewati. Suasana hati kian berdebar. Saat yang dinantikan tak lama lagi akan dihadapi. Jingga senantiasa brada di depan crminnya yang besar. wajahnya berseri senantiasa terlihat. bersamaan dengan cemas dan harapan yang kian menari di hatinya. karena saat yang dinantikan itu tak lama lagi akan datang.
Pagi ini Jingga terlihat sangat bahagia. Dia terlihat sibuk membolak balik halaman tambloit yang baru dibelinya, mencari cari model gaun pengantin yang akan di kenakan pada acara pernikahanya minggu depan.
Tidak bisa digambarkan bagaimana kebahagiaan yang dirasakanya saat ini. Menikah dengan seseorang yang selama ini sangat ia cintai. Dengan mata berbinar dia mencermati satu persatu gambar desine yang tersedia dalam setiap halaman tabloid tersebut. Terkadang senyumnya nampak sumringah dengan sesekali dia membayangkan bagaimana cantik penampilanya saat mengenakan gaun yang menjadi sasaran penglihatanya.
“Ting Tong”
Terdengar bel rumah Jingga berbunyi. Dengan semangat dan senyum yang mengembang Jingga bangkit dan segera berlari kearah pintu seolah dia tahu siapa orang yang datang.
“Hi, sayank lagi ngapain” sapa pemuda gagah yang berdiri di depan pintu sembari mencium kening kekasihnya Jingga yang beberapa hari lagi akan menjadi istrinya.
“Hmmm lagi lihat-lihat model gaun, yuk masuk”senyum Jingga terlihat mengembang. Segera dengan manja memeluk lengan Lala kekasihnya untuk diajak masuk.
Di Sofa yang terletak disudut ruangan dekat jendela, Jingga dan Lala tunanganya kemudian terlihat sibuk bersama mbolak balik halaman tabloid. Memilih gaun yang cocok untuk acara akbar mereka.
“Sayank, yang ini bagaimana menurutmu? Lala rasa sangat cocok untuk kamu”Lala menunjukkan satu gambar model gaun untuk Jingga. Gaun dengan warna dasar putih yang di kombinasi dengan pernak pernik yang terdapat warna ungu terlihat sangat cantik dan indah.
“Kamu suka?” jawab Jingga singkat.
“Hu uh, aku rasa sangat cocok untuk kita sekaligus selaras dengan dekorasi ruangan yang sudah kita pilih”
“Ok. Kalo gitu kita langsung ke butiknya yuk kan saat ini sudah tersedia dari keteranganya lagian kayaknya sizenya juga pas ko dengan postur Jingga”
“Ok Yuk”
Jinga dan Lala akhirnya berangkat ke butik dimana Gaun itu bisa didapatkan.
***
Hari yang dinantikan akhirnya tiba. Suasana desa Rangkat ramai melebihi hari biasanya. Lengkungan janur kuning terlihat menghiasi gapura yang merupakan pintu masuk kedesa Rangkat. Terlihat para penduduk desa lalu lalang seolah sibuk menyambut pernikahan si kembang desa.
Di rumah kepala desa terlihat tenda biru yang megah.Ya Jingga adalah anak semata wayang dari kepala desa Rangkat yang hari ini akan segera mengakhiri masa kesendirianya. Hari ini Jingga akan segera menjadi seorang istri. Bersuami dengan seseorang yang sangat dia cintai dan sayangi.
Para tamu terlihat mulai memenuhi ruang yang telah tersedia. Jingga terlihat sangat cantik dengan Gaun yang sudah dipilihnya. Matanya berbinar indah.Senyumnya mengembang. Meski sedikit terlihat kegelisahan dari wajahnya. Tetapi kecantikanya hari ini benar benar terlihat sempurna.
Lala terlihat sangat gagah. Sesekali dia terlihat sedikit murung dan gelisah, hingga tanpa disadari Jingga melihat senyum yang seolah dia paksakan.
“Sayank, kenapa kok kamu kelihatan gelisah begitu”tanya jingga curiga
“Ah, enggak sayank…ini kok penghulunya lama sekali ya”jawab lala gugub.
Pucuk di cinta ulampun tiba. Pak penghulu yang di tunggu tunggu akhirnya datang. Suasana jadi hening. Jingga terlihat gelisah. Hatinya menjadi berdebar debar. Dia mencoba tersenyum untuk menghilangakan kegelisahanya. Sesekali dia terlihat menggenggam tangan lala erat erat.
Acara akad nikah akan segera dimulai. Pak penghulu membuka acara. Di tengah tengah pembacaan akad nikah tiba tiba seseorang datang dan menghentikan acara tersebut.
“Tunggu!!”suara seorang perempuan tiba tiba menghentikan acara pembacaan akad nikah. Jingga, Lala pak penghulu serta semua undangan yang berada dalam acara tersebut terkejut dan semua tatapan tertuju pada sosok perempuan yang datang secara tiba tiba tersebut.
“Lia, kenapa kamu sampai ada disini?”sapa Lala kaget
“Iya, kenapa?terkejut?”Jawab perempuan itu yang sejatinya bernama Lia.”Dengar semua yang ada disini. Saya minta maaf karena sudah mengganggu acara ini, tapi memang saya harus menghentikanya karena laki laki yang akan kalian nikahkan adalah calon bapak dari anak yang saya kandung. Dia masih sah suami saya”jelas Lia panjang lebar.
“Apa?Jingga bangkit dari tempatnya air mata seketika mengalir basahi pipinya nan putih bersih.
“ya, maaf mbak kita sama sama perempuan. Asal mbak tahu laki laki yang akan menjadi suamimu dia sudah beristri”jawan Lia kepada Jingga
“Lala, apa benar yang dikatakan perempuan ini? Apa benar kamu sudah menikah dan anak dalam kandungan perempuan ini adalah anak kamu? Jawab Lala!!!” Jingga terisak dalam tangisnya.
Lala terlihat bingung dengan keadaan. Dia gelisah tidak tahu mesti berbuat apa. Sesekali dia menggaruk garuk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal.
“Iya Jingga. Dia istriku tapi aku juga sangat mencintai kamu” jawab lala
“Plakkk!”Tangan Jingga spontan mendarat di pipi Lala. Lala langsung tertunduk mukanya terlihat memerah. Sementara Jingga terisak dalam tangisnya
“Lala kamu sungguh keterlaluan!! Kamu jahat.Pernikahan kita batal!! Jingga tak sudi mempunyai suami seperti kamu” dalam isaknya lalu Jingga berlari meninggalkan ruanagan itu. Semua tamu undangan terlihat bingung. Suasana menengang terlihat Lala berlari mengejar Jingga.
Jingga terus berlari berlari dan berlari. Berlari dalam isaknya. Hatinya sakit. Dia kecewa teramat kecewa. Dalam kekecewaanya kali ini dia teringat seseorang. Seseorang yang sangat mencintai dia yang sudah dia kecewakan dan dia adalah Roni keponakan om Hesya yang merupakan salah satu warga Rangkat yang sangat disegani di desa itu.
“Kang Roni, maafkan jingga”Jingga berguman disela isakan tangisnya.
Sementara di kediaman om Hesya tampak ramai juga hari itu. Terlihat sekitar sepuluh orang berada di rumah tersebut. Ternyata om Hesya baru saja menunangkan keponakanya dengan seseorang. Roni yang sudah berhasil mencegah kepergian Shelly yang pada awalnya ingin pergi menjadi salah satu TKI ke Singapura membuktikan kata katanya untuk segera menikahinya karena pada akhirnya dia menyadari bahwa dia juga menyayangi Shelly seperti Shelly menyayanginya.
“Rony, kamu harus menjaga Shelly keponakanku baik baik ya awas kalau kamu sampai mengecewakan dia!!”ucap bunda Fitri tegas seraya matanya menatap tajam kea rah Roni.
“Iya mbak Fitri tenang saja beres pokoknya”Jawab Roni tetep dengan gayanya yang selengehan.
Sementara Shelly yang memang seorang pemalu hanya diam sesekali tersenyum mendengarkan orang yang di sayanginya bercanda dengan tantenya itu. Sesekali dia tersipu kalau Roni memandanginya sambil tersenyum. Kebahagian jelas terpancar di wajahnya yang manis. Sebentar lagi dia tidak akan sendiri karena ada seseorang yang akan selalu menjaga dan selalu menemaninya.
Di tengah tengah obrolan orang orang yang ada di dalam rumah tersebut tiba tiba semua dikagetkan dengan kedatangan Jingga yang tiba tiba dan masih dengan Gaun pengantinya lengkap. Dengan terisak tanpa peduli dengan orang orang yang ada Jingga berlari dan langsung memeluk Roni.
“Kang Roni maafkan Jingga” suara Jingga hamper tak tertahan karena tangisnya.
“Jingga, kamu kenapa?bukanya seharusnya kau saat ini menikah?tanya Roni heran
“Enggak kang Jingga batal nikah”
“Lho kenapa?”
“Lala ternyata sudah beristri, Jingga menyesal memilih dia. Jingga salah. Maafkan Jingga kang,,…”
Perlahan Roni melepaskan pelukan Jingga. Mencoba menenagkan dan terlihat bingung serta salah tingkah karena merasa tidak enak hati dengan Shelly juga orang orang yang ada di tempat itu.
“Jingga coba sekarang kamu tenang, ceritakan sama kang Roni apa yang terjadi sebenarnya?” bujuk Roni
“Mbak, coba minum dulu mbak biar tenang”Shelly memberikan gelas yang berisi air putih kepada Jingga.
“Kang Roni, gadis ini siapa?”tanya jingga seraya menatap Shelly
“Jingga, dia Shelly keponakan mbak Fitri dan sekarang aku sama dia sudah tunangan”terang Roni mantap
Mendengar jawaban dari Roni jingga menjadi limbung. Dia tidak percaya dengan semua yang sedang menimpanya, ditambah orang yang tadinya dia tuju akan mampu membuat hatinya sedikit tenang ternyata malah sebaliknya. Roni yang akhirnya diharapkanya ternyata sudah memberikan hatinya pada gadis lain. Jingga lemas seolah tulang tulangnya tak lagi mampu menyangga badanya dia ambruk dan pingsan.