Thursday, July 21, 2011

Dahsyatnya puber ke-2

Semburat jingga mulai terlihat di sisi barat, keindahan mulai tersaji indah di puncak gunung naras yang terletak sangat dekat dengan Desa Rangkat. Aku tertegun menikmatinya, tak berkedip mata memandangnya. Seketika anganku melayang mengingat saat senja di pantai Rangkat beberapa hari yang lalu. Kini aku merindukanya.
Segera aku terhenyak. Aku teringat bahwa aku sudah janji dengan pak RT untuk pergi kerumahnya mengantar pesananya sekaligus mengunjungi bunda Selsa yang katanya sedang tidak enak badan. Ku ambil bungkusan yang memang sudah kusiapkan untuk bunda Selsa. Setelah berpamitan dengan tante Fitri aku melangkah pergi menuju rumah pak RT.
Aku berjalan menuju rumah pak RT yang terletak di ujung dekat kali Rangkat. Sepanjang perjalanan aku gelisah memikirkan apa yang sedang di rasakan hatiku. Mungkin hanya aku dan Tuhanlah yang tahu kegalauan ini. Tidak juga Dia. Buktinya tak ada satupun kabar darinya. Jangankan bertandang, smspun tidak juga kuterima.
“Shelly!” satu suara mengagetkanku.
Sejenak aku terdiam, mataku melotot seolah tak percaya dengan apa yang aku lihat didepanku. Sesosok lelaki dengan pakaian yang superkeren layaknya anak ABG. Kemeja hitam bermotif garis putih lengan pendek dipadu dengan jeans serta sepatu yang disemir hitam mengkilap, rambutnya disemir hitam legam di sisir sedemikian rupa, bau parfumnya sungguh menggoda selera wanita. Benar-benar sempurna untuk ukuran anak muda yang ingin bermalam minggu kerumah sang juwita.
“Shelly! Halooowww!” tangan lelaki itu melambai lambai di depan mataku mungkin karena melihatku  aku bengong memandanginya.
“Pak RT!?”aku terperanga “mau kemana?”lanjutku keheranan
“Shelly biasa saja dong lihatnya. Kenapa? Pak RT kelihatan keren banget ya?” tanya pak RT dengan tingkah genitnya.
“Idih, pak RT mau kemana sih dandan kaya anak SMA saja.”
“Yeeee, sekali-kali boleh dong pak RT tampil begini. Nih lihat gagah kan-gagahkan?”dengan pose berlagak wahnya pak RT membanggakan dirinya.
“Ah, pak RT ada-ada saja. Trus ini mau kemana?”tanyaku penasaran,” Shelly mau kerumah ni.”
“Iya Shelly kerumah saja bunda ada kok. Ini bapak mau nonton di bioskop Rangkat kan lagi tayang tu film apa tuh yang harry-harry itu apa sih?”
“Harry Potter”
“Ya itu. Pak RT mau nonton itu sama kawan. Eh nanti jangan bilang-bilang sama bunda ya.Janji! jangan sampai keceplosan!”
“Memang kenapa?”
“Bunda sengaja tidak bapak ajak. Bapak ada janji sama kawan.lagian bunda kamu itu lho aduh!”
“Kenapa sama bunda?”
“Yan anti kamu ngobrol sendiri sama bundalah. Ini bapak mau buru-buru kawan dah nunggu disana”
“Ya sudah pak RT jalan Shelly langsung kerumah.”
Aku hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah pak RT yang sangat lain dari biasanya. Mungkin inilah yang dinamakan puber kedua. Luar biasa memang.
(**)

Di teras rumah pak RT terlihat bunda Selsa sedang duduk sendiri sambil membaca buku. Dia terlihat asik membolak-balik halaman buku yang di bacanya.
“Bunda! Assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam, Shelly tumben main kesini ayuk masuk.” Bunda beranjak dan membukakan pintu pagar untukku.
“Lho katanya lagi liburan ke Singapore kapan pulangnya?”
“Sudah tiga hari yang lallu bunda,” aku mengekor mengikuti bunda “ Bunda lagi ngapain?”
“Ini lagi santai saja habis mahgrib tadi, pak RT katanya mau pergi ke rumah pak RW katanya ada rapat mau bikin acara untuk Ramadhan.”
“Owh githu ya bund?” aku heran mendengar jawaban bunda Selsa. Pak RT memang bener-bener, sampai-sampai dia berbohong untuk rapat padahal mau dating nonton di bioskop Rangkat.
“Bunda kok kelihatan lemes begitu memang kenapa bund? Bunda sakit? Kemaren dengar dari tante Fitri katanya sepulang bunda dari Bali sakit perut sudah baikan?
“Sudah sayang. Kemaren sudah di buatkan jamu juga sama si Devi”
“Bunda, Shelly mau tanya kabar yang Shelly dengar bunda di Bali punya simpanan itu tidak benarkan?”
“Ya tidaklah sayang. Bunda itu kan setia sama pak RT. Bertahun tahun bunda mendampingi pak RT Cuma memang akhir-akhir ini pak RT sikapnya keterlaluan sering memancing emosi bunda makanya kemaren bunda berlibur ke Bali dengan harapan bisa sedikit tenang dan pak RT bisa berubah. Tetapi nyatanya pak RT tetap sama saja” suara bunda Selsa kian melemah.
Tersirat kesedihan dalam suaranya. Tatapan mata bunda seolah layu. Ada suatu kekawatiran yang dirasakan dan itu mungkin hanya bunda Selsalah yang bisa merasakanya.
“Ya sudah bunda sabar ya!” hiburku sambil memeluk bahu bunda.
“Terimakasih ya sayang,” bunda Selsa tersenyum dan menciumku.
“Bunda, tau tidak bun pak RT tu sayang banget sama bunda?”
“Bagaimana Shelly tahu?”
“Nich! Pak RT nitip untuk di belikan ini dari Singapore dan special buat bunda,” aku menyerahkan bingkisan yang ku bungkus cantik seperti kado dengan balutan dan hiasan yang indah.
“Ini apa sayang?”
“Ah, nanti kalau bunda buka pasti bunda suka. Warna dan ukuran itu pak RT yang menentukan pasti bunda suka.”
“Wah, tidak biasanya pak RT baik dan perhatian begitu.” Bunda Selsa terlihat sumringah. Wajahnya berbinar binary seperti bulan purnama. Mendung yang tadinya menurupi cerahnya kini tersibak menjadi binary yang indah.
“Makanya bunda, mulai sekarang bunda mesti tampil segar. Kalau bisa nih bund rutin pergi senam kebugaran biar badan tetap selalu fit. Trus ka nada Devi. Minta dia buatin jamu kesegaran buat wanita, jangan beras kencur saja!”
“Iya sayang makasih ya masukanya.”
Aku mengangguk dengan senyum lega. Kini bunda Selsa sudah kembali seperti semuala. Tidak murung lagi. Tidak sedih lagi. Semoga setibanya pak RT kerumah nanti dia akan mendapati bunda Shelsa yang baru. Yang selalu bergairah dan tampil segar.
Setelah berpamitan aku melangkah pulang. Aku sedikit ragu ketika akan melewati pos Ronda. Kelihatanya lagi ramai. Muda-mudahan tidak ada mas Roni disana. Sungguh hatiku belum sanggub rasanya untuk bertemu denganya..

No comments: