Teruntuk yang saya hormati,
Tuan dan Nyonya 
Majikanku yang budiman
Tuan, Nyonya….
Maafkan saya. Dalam  kesempatan ini, saya hanya ingin meluahkan sedikit rasa yang selama ini  hanya bisa saya pendam di dada ini. Berharap sekiranya saya bisa merasa  sedikit lega dan alangkah bahagianya seandainya kalian membacanya.
Tuan, Nyonya….
Terimakasih tak  terhingga ingin kusampaikan karena kalian sudah memilihku untuk bekerja  di rumah ini, membantu kalian. Mengerjakan semua pekerjaan rumah yang  mungkin kalian tidak suka atau merasa enggan untuk mengerjakanya. Tidak  mengapa untuk saya tuan, Nyonya. Aku senang dengan semua karena memang  dari awal saya datang kesini, untuk semua ini, bekerja membantumu di  rumah ini.
Tuan, Nyonya….
Saya paham ini semua  tugas dan pekerjaanku. Membersihkan setiap sudut dan ruang istana ini.  Memoles semua yang ada biar terlihat indah, menjaga agar lantai selalu  terlihat seperti kaca. Saya juga seperti kalian, senang dengan tempat  yang rapi dan bersih. Karena itu saya selalu menjaganya dan  membersihkanya setiap hari walau sebenarnya tidaklah kotor. Saya  melakukanya dengan sepenuh hati.
Tuan, Nyonya….
Saya juga senang melihat  lantai rumah ini seperti cermin, hingga saya bisa melihat wajahku  disana. Lihatlah! Setiap sudut dan ruang terlihat bersih dan rapi.  Toilet kita seperti gambar-gambar yang ada di iklan tivi dan surat kabar  bersih, indah dan rapi juga wangi. Sungguh memandangnya membuat hati  senang dan berseri.
Tuan, Nyonya….
Saya lapar, saya haus.  Berilah saya makan yang cukup biar saya mempunyai tenaga untuk bekerja.  Biarkan aku meneguk air biar aku tidak kekeringan dan kekurangan cairan.  Tuan, Nyonya! Tahukah kalian? Saya begitu bernafsu saat memasak  hidangan untuk makan kalian. Di waktu sarapan, makan siang ataupun makan  malam. Aku memasak dan menyiapkanya dengan segenap hati. Bumbu-bumbu  kuracik dengan segenap cinta ini agar kalian senang dan nikmat  melahapnya.
Semua ku hidangkan untuk kalian, dalam kelezatan itulah ada kasih sayang dan kesetiaan pengabdianku untuk Tuan dan Nyonya.
Tuan, Nyonya….
Maafkan saya. Meskipun  terkadang masakan saya kurang sedap, itu bukan berarti saya tidak sayang  dan cinta lagi. Bukan berarti pula saya berkhianat, tetapi mungkin aku  merasa sedikit kesal dan bosan karena kalian selalu melahapnya habis  tanpa sisa dan kalaupun tersisa kalian lebih suka membuangnya. Tuan,  Nyonya! Kenapa kalian tidak memberikan pada saya? Kenapa kalian tidak  suka saya juga menikmati makanan yang lezat itu juga? Kenapa kalian  lebih suka saya memakan nasi putih hanya dengan semangkuk sup yang kau  buat dari air panas yang kau kasih garam? Kenapa tuan? Kenapa Nyonya?
Tuan, Nyonya….
Saya ingin bahagia di tengah-tengah kalian, sehingga tidak akan membuat kalian kecewa dengan hasil kerja saya.
Nyonya, saya  terkadang iri melihat nyonya setiap bangun tidur langsung menyalakan  computer ataupun tivi Hingga lupa untuk gosok gigi. Saya selalu  melihatmu tersenyum bahagia waktu itu, mungkin kamu merasa begitu indah  dan menyenangkanya hidupmu. Duduk dikursi dengan segelas jus dan sebuah  apel itulah sarapanmu. Duduk santai, kaki saling bertindih sambil  membolah-balik tabloid kesayanganmu, terlihat kamu sangat santai sekali.
Tuan, saya tahu tuan  juga merasa lelah sepertiku. Otot-otot badan terasa kaku, pikiranmu  penat tidak menentu. Pasti tuang ingin juga setiap hari libur, tidak  bekerja tetapi gaji selalu terima. Tetapi itu pasti tidak mungkin ya  tuan. Kita harus bekerja. Tuan masih senang hanya bekerja 8 jam setiap  hari dan dua hari dalam seminggu yaitu sabtu dan Minggu bisa libur. Tuan  juga enak kerjanya duduk di kursi di belakang meja, tetapi saya yakin  tuan lelah juga seperti saya. Lelah Fikiran tentunya.
Tuan, Nyonya….
Saya perlu dan ingin  istirahat juga seperti kalian, meredakan pikiran biar tenang,  merenggangkan otot-ototku yang tegang. Tuan, nyonya berilah saya waktu  untuk istirahat walau sehari dalam seminggu.
Tuan, Nyonya….
Tidakkah kalian juga  merindukan saat-saat bersama dengan anak-anak kalian, hanya kalian tanpa  saya di tengah-tengah. Dekatkan anak-anakmu pada kalian. Kalian sudah  lihat bukan,  betapa dekatnya anak-anakmu dengan saya hingga hampir  mereka tidak mau bermain bersama kalian. Tidak seru katanya. Bukankah  kalian juga merasa sedih disaat anak kalian yang paling kecil  memanggilku mama, dan tidak mau sama-sekali kalian gendong. Semua karena  kalian tidak ada waktu untuk bersama dia. Kalian tidak punya cukup  waktu untuk mereka anak-anak kalian.
Tuan, Nyonya….
Sekiranya hanya itulah permintaan hatiku. Semua bukan hanya semata-mata untukku tuan, nyonya. Semua untuk kebaikan kita bersama.
Tuan, Nyonya….
Hanya ini saja yang  ingin saya sampaikan, semoga esok ada kata dan tawa ceria dari kalian  yang akan saya dengar. Memberiku satu hari dalam seminggu untuk saya  beristirahat. Cukup satu hari dalam seminggu.
Pembantu setiamu Tuan, Nyonya
Shelly.
Penulis : Ghara xie Shellyanti No. 33
NB : Untuk membaca hasil karya para peserta Fiksi Surat Cinta yang lain maka dipersilahkan berkunjung ke Cinta Fiksi  : Inilah Malam Perhelatan & Hasil Karya Fiksi Surat Cinta [FSC] di Kompasiana.  


