Saturday, December 25, 2010

Jangan Menikah Ketika Mabuk Cinta

Saya membaca artickle yang sangat menarik dan berguna banget sebagai bahan perenungan bagi saya khususnya dan semoga juga bermanfaat pada anda pada umumnya terutama bagi siapa yang akan segera melangsungkan pernikahan atau yang baru mempunyai rencana untuk menikah. Isinya sangat menarik makanya saya Copy paste di halaman Blog saya ini.

Orang Tua memegang peran yang sangat besar dalam perkembangan jiwa seorang anak. Dimana seseorang yang batinnya harmonis, akan senantiasa memberikan energi positif yang memberi kedamaian pada batin anaknya, sehingga sang anak akan tumbuh menjadi manusia yang bermental kuat. Dalam sebuah seminar, dengan tegas dr.T.B.Erwin Kusuma SpKJ mengemukakan. Untuk menjadi orang tua, terutama seorang ibu, butuh persiapan mental yang kuat, dimana seorang calon ibu harus bisa mengelola ketenangan batinnya, agar kelak bayi yang terlahir mempunyai juga batin yang damai dan mental yang kuat.
Ilmu pengetahuan yang terus berkembang, mendapat kenyataan dari penelitian terakhirnya, bahwa struktur mental generasi kegenerasi selanjutnya, merupakan rekaman setiap perbuatan, kata-kata, dan sikap hati kita. setiap hari direkam oleh otak dan struktur genetika. Rekaman oleh otak bisa kita buktikan dengan cara sederhana. bahwa otak kita ternyata memiliki daya ingat alias ‘memori’ seperti komputer yang bisa menyimpan data.

Riset membuktikan, memasuki usia kehamilan 10 minggu, janin mulai bereaksi terhadap rangsangan dari dalam badan ibunya, dan pada usia kehamilan 16 minggu janin mulai bereaksi terhadap rangsangan dari luar, termasuk mendengar suara dari ibunya, berdasarkan hal tersebut RS Harapan Kita Jakarta mempunyai fasilitas untuk psikiater janin dan terapi musik untuk janin. 

Jangan Menikah Ketika Sedang Mabuk Cinta, Supaya tidak menjadi ortu yang frustasi

Kembali pada judul artikel ini, yaitu jangan menikah pada saat kita mabuk cinta. Tentu saja ini bukan kalimat yang biasa kita baca, sebab umumnya kita menikah justru ketika kita dilanda ‘mabuk cinta’ dimana hati sepasang manusia bergetar dipenuhi oleh rasa cinta, menimbulkan keinginan untuk selalu bersama, maka diekspresikan dengan menikah yaitu hidup bersama sebagai pasangan suami istri.
Rumah tangga sering diharifahkan dengan kata “bahtera”, menjadi “Bahtera Rumah Tangga”, Nah bagaimana kita bisa mengemudikan bahtera kita, jika kita memulainya dalam keadaan mabuk.? Sedangkan mengemudi mobil saja dalam keadaan mabuk, walaupun tidak sampai kecelakaan, beberapa artis, actor di Amerika dan negara lain, mendapatkan tilang. Paris Hilton, artis sexy yang cantik ini, dua kali ditilang karena mengemudi dalam keadaan mabuk, bahkan yang terakhir dia mau untuk mencoba menginap dipenjara ketika ditangkap mengemudikan mobil dalam keadaan mabuk.
Banyak Rumah Tangga dibangun orang yang dilanda mabuk cinta, kronologisnya, saat kita memulai mencintai seseorang, yang terlebih dulu terjadi adalah kita menyukainya secara fisik, rasa suka yang besar akhirnya menuju pada keinginan “memiliki”, ketika tahap ini, maka segala rasa kejiwaan, bukan menyangkut fisiknya, misal ada satu kebiasaannya yang kita tidak cocok atau ada yang tidak disuka pada si dia, yang kadang mengintip keluar, ditindas dalam-dalam untuk menjadi tidak terlihat, sementara yang terlihat hanyalah ekspresi cinta yang mengelora, yang jadi rancu antara gairah birahi atau gairah cinta sejati. Maka sudah jadi pembuktian, dimana pernikahan yang diwawali oleh ketertarikan fisik semata, akan lebih cepat bubar, dibanding pernikahan yang didasari oleh ketertarikan non fisik, yaitu “inner beauty” nya.

Orang yang dalam keadaan ‘mabuk cinta’, sama saja keadaannya dengan orang yang sedang mabuk alkohol, keadaan ‘melayang’ dimana orang mabuk tidak bisa melihat jernih, tidak bisa berpikir jernih. Maka setelah selesai bermabuk-mabuk cinta dalam masa bulan madu, seperjalanan waktu berjalan, sedikit demi sedikit kesadaran akan rasa tidak suka, atau apa yang tidak cocok mulai keluar dengan peran yang tegas dan kuat. Maka selesailah sudah acara mabuk cintanya, yang ada sekarang adalah mabuk karena frustrasi menjadikan kita depresi, padahal pada periode ini mulailah lahir anak satu demi satu, tentu saja mempunyai anak menjadikan kita, lebih banyak tanggung jawab pada apa yang kita bangun yaitu bahtera rumah tangga kita.
Jika orang tua dalam kondisi frustrasi dalam relasi dengan pasangannya, tentulah hal ini memberi pengaruh pada anak mereka, bagaimana anak bisa kita disiplinkan untuk membuat keadaan harmonis, sedangkan kita sebagai orang tua saling berteriak, saling menghina, saling memaki, dan adegan demi adegan yang merusak pola pikir anak menjadi tayangan keseharian bagi anak.

Penting, menikahlah dengan kesadaran, jangan dalam keadaan mabuk.! Sadari ketika kita memutuskan menikahi seseorang, berarti kita menerimanya dengan segala yang ada padanya, kita tidak bisa merubah seseorang untuk menyenangkan dan menjadi cocok dengan kita, tetapi kita bisa beradaptasi dengan segala yang tidak berkenan, dengan cara menetralisir setahap demi setahap ketidak cocokan ini, Itulah pentingnya kita menikah dengan kesadaran sehingga kita bisa melihat dan berpikir secara jernih, menyadari bahwa ada ketidak cocokan ini, tetapi kita ingin tetap bersama.
Menikah dengan kesadaran, membuat konflik yang terjadi dimasa-masa bulan madu sudah lewat, lebih bisa kuat untuk mengatasi masalah demi masalah yang akan timbul dari ketidak cocokan ini, kita tidak akan terkaget-kaget melihat adanya ketidak cocokan, sebab kita sudah tahu dan sadar akan hal ini ketika menikahinya. Maka permasalahan bisa diselesaikan dengan cara berdiskusi yang berisi pengertian, bukan bertengkar yang diisi saling menuduh, menghina dan saling menyalahkan. Ketika konflik mengarah pada penyerangan pribadi, seperti mengasumsikan pasangan kita sebagai “sipembohong”, “ Si sok suci” atau “Si sok pintar”, maka timbul rasa sakit hati, rasa terpojokan, akhirnya menimbulkan trauma kejiwaan, bukan saja pada diri kita, terutama kita menularkannya pada anak-anak, mereka bertanya, kalau orang tua kita seperti yang mereka saling tudingkan, bagaimana dengan kita anaknya, jadi siapakah kita ini.?

Ciptakan surga dunia untuk anak

Saya tidak bisa menyembunyikan keheranan, dengan seorang teman yang tinggal di Canada, dimana beberapa tahun lalu dia mengumumkan, bahwa Rumah Tangganya bubar, saya masih ingat bagaimana dia menelepon mengatakan, hal yang paling sulit mengatakan pada anak-anak, bahwa kami akan bercerai, dimana orang tua mereka akan tinggal terpisah, dan sulit menjawab pertanyaan anak-anak kenapa ini terjadi.
Suatu hari kami bertemu di Bali, dia bersama suami dan lengkap dengan anak-anak mereka sedang menikmati pantai, melihat mimik bengong saya menyaksikan pemandangan ‘indah’ ini, dia segera mengajak duduk, dan menceritakan, bahwa ternyata bercerai itu, bukan semata mimpi buruk untuk anak, bahkan mereka sebagai orang tua memberikan pelajaran untuk saling menghormati, menghargai seseorang dan bisa banyak ekspresi kasih sayang yang bisa dibuat, dimana hal ini tidak kami lakukan justru pada saat kami tinggal serumah sebagai suami istri. Saat kami masih sebagai suami istri, setiap hari kami hanya berteriak mencaci, dan kami sadar ini neraka untuk anak kami.
Sekarangpun status kami tetap bercerai, ada istilah ‘mantan’ suami atau istri, tetapi tidak pernah ada ‘mantan’ anak, tidak ada bekas anak, anak ya tetap anak kami. Maka saat liburan biarlah anak-anak menikmati bersama kami orang tuanya.
Banyak pasangan bercerai menjadi lebih baik, daripada bertahan tetapi hidup tidak lagi bisa dinikmati dengan nyaman, di berbagai media kita menyaksikan bagaimana beberapa selebritis berebut anak, dan saling memberi keterangan pres dengan menyudutkan pasangannya. Pengacara perceraian laku keras, siapa yang paling canggih untuk memenangkan perkara, akan menjadi tumpuan harapan untuk pasangan yang berniat menggugat cerai pasangannya. Bagaimana dengan anak-anak mereka apa ada juga mereka memberikan hak untuk menyewa pengacara, untuk anak-anak juga bisa menentukan apa yang mereka mau dari situasi kacau yang ditimbulkan orang tua mereka.
Pasangan cerai yang kita lihat menjadi harmonis, adalah pangeran Andew dengan mantan istrinya Sarah, dimana mereka seperti teman yang saya ketemukan di Bali sedang berlibur, sekarang mereka menjadi lebih baik sebagai orang tua, Demikian juga dengan teman saya Jos di Belanda, setelah bercerai mereka bisa lebih baik menjadi orang tua bagi anak-anaknya, dibanding dulu sewaktu hidup sebagai suami istri.

Daripada harus mengalami masa indah mabuk cinta dengan kebahagiaan semu, lebih baik mulailah membangun rumah tangga dengan kesadaran, jangan dalam keadaan mabuk, Tapi bangunlah dengan benih cinta yang semakin subur dalam perjalanan waktu, ciptakanlah keluarga harmonis untuk menghasilkan generasi yang lebih baik.

Catatan. Tulisan ini bukan dimaksud untuk pasangan yang lagi ‘perang’ untuk mantap bercerai.!  tapi saya lbh menekankan maksudnya untuk orang yang baru pacaran dan niat menikah, lebih baik ngulur waktu untuk lebih dalam saling mengenal daripada nanti ngulur waktu untuk kapan bercerai.!


Sumber : Kompasiana

No comments: